Perintah Bershalawat kepada Nabi saaw dan Keluarganya
Allah swt berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَ مَلَئكتَهُ يُصلُّونَ عَلى النَّبىِّ يَأَيهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صلُّوا عَلَيْهِ وَ سلِّمُوا تَسلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi; wahai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu kepadanya dan ucapkan salam kepadanya.”
(Al-Ahzab/33: 56).
Lalu bagaimana cara dan lafal sholawat yang iperintahkan Nabi saaw? hal ini yg menjadi pertanyaan.
Ulama dari
kalangan mazhab Ahlul bait (as) sepakat bahwa ayat ini diturunkan
untuk menegaskan hak Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (as), yaitu
perintah bershalawat kepada mereka dan cara bershalawat. Ulama
Ahlussunnah juga sepakat kecuali hanya beberapa penulis.
Cara bershalawat dalam shahih Bukhari, kitab doa, bab bershalawat kepada Nabi saw:
Abdurrahman bin Abi Layli berkata: Ka’b bin Ujrah menemui aku lalu
berkata: Tidakkah kamu diberi hadiah? Nabi saw datang kepada kami, lalu
kami berkata: Ya Rasulallah, engkau telah mengajari kami cara
mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara bershalawat kepadamu?
Beliau menjawab: Kalian ucapkan:
اللهمّ صلِّ على محمّد وعلى آل
محمّد، كما صلّيت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللّهمّ بارك على محمّد
وعلى آل محمّد، كما باركت على إبراهيم إنك حميد مجيد
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat
kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha
Mulia. Ya Allah, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana
Engkau berkahi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha
Mulia.
Dalam Shahih Bukhari, kitab tafsir, bab
ayat ini : Abu Said Al-Khudri berkata, kami berkata: Ya Rasulallah,
ini adalah cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara
bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: kalian ucapkan:
اللّهمّ صلّ على محمّد عبدك ورسولك كما صلّيت على آل إبراهيم، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada
Muhammad hamba-Mu dan Rasul-Mu sebagaimana Engkau sampaikan shalawat
kepada keluarga Ibrahim, dan berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim.
Shahih Muslim, kitab shalawat kepada Nabi saw sesudah tasyahhud:
Abu Mas’ud Al-Anshari berkata: Rasulullah saw pernah mendatangi kami
ketika kami berada di majlis Sa’d bin Ubadah. Kemudian Basyir bin Sa’d
berkata kepadanya: Allah Azza wa Jalla memerintahkan pada kami agar
bershalawat kepadamu ya Rasulallah, lalu bagaimana cara kami
bershalawat kepadamu? Lalu beliau diam sepertinya beliau menghendaki
kami tidak bertanya tentang hal itu.
Kemudian beliau bersabda: Kalian ucapkan:
اللّهم صلّ على محمّد وعلى آل
محمّد كما صليت على آل إبراهم، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت
على آل إبراهيم في العالمين إنك حميدٌ مجيد
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat
kepada keluarga Ibrahim, dan berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau berkahi keluarga Ibrahim di alam semesta,
sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.
Sunan An-Nasa’i 1/190, bab 52, hadis ke
1289:M usa bin Thalhah dari ayahnya, ia berkata: kami berkata, ya
Rasulallah, bagaimana cara bershalawat kepadamu? Beliau menjawab:
Kalian ucapkan:
اللّهمّ صلِّ على محمّد وعلى آل
محمّد كما صلّيت على إبراهيم وآل إبراهيم إنك حميد مجيد ، وبارك على محمّد
وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وآل إبراهيم إنك حميد مجيد
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat
kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
dan Maha Mulia; berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana
Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji dan Maha Mulia.
Sunan An-Nasa’i 1: 190, bab 52, hadis ke 1291:
Musa bin Thalhah berkata, aku bertanya kepada Zaid bin Kharijah, ia
berkata, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Kemudian beliau
bersabda: Bershalawatlah kalian kepadaku dan bersungguh-sungguhlah
kalian dalam berdoa, dan kalian ucapkan:
اللّهم صلِّ على محمّد وعلى آل محمّد
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.
Shahih Ibnu Majah 65, kitab shalat, bab
shalawat kepada Nabi saw, hadis ke 906: “Abdullah bin Mas’ud berkata:
Jika kalian bershalawat kepada Rasulullah saw, hendaknya kalian
memperbaiki shalawat kepadanya, karena kalian tidak tahu kalau shalawat
itu hukumnya wajib. Lalu dikatakan kepadanya: ajarkan kepada kami
(tentang cara bershalawat). Ia berkata: kalian ucapkan:
اللهم اجعل صلاتك ورحمتك وبركاتك
على سيد المرسلين. اللّهم صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على
إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد ، اللهم بارك على محمّد وعلى آل
محمّد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد
Ya Allah, curahkan shalawat-Mu,
rahmat-Mu dan keberkahan-Mu kepada penghulu para Rasul. Ya Allah,
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana
Kau sampaikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim,
sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah, berkahi
Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan
keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.
Fathul Bari 13: 441, kitab doa, bab 32, hadis ke 6358:
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah
saw bersabda: Barangsiapa yang shalawat ini, pada hari kiamat aku akan
menjadi saksi baginya dan memberi syafaat padanya:
اللهم صل على محمّد وعلى آل محمّد
كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد
كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وترحم على محمّد وعلى آل محمّد
كما ترحمت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada
Ibrahim dan keluarga Ibrahim, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sayangi
Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau sayangi Ibrahim dan
keluarga Ibrahim.
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (Imam Syafi’i)
meriwayatkan dalam Musnadnya: “Abu Hurairah bertanya kepada
Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami bershalawat
kepadamu? Nabi saw menjawab: kalian ucapkan:
اللّهم صل على محمد وآل محمد كما صليت على ابراهيم وبارك على محمد وآل محمد كما باركت على ابراهيم وآل ابراهيم، ثم تسلمون علي
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat
kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, dan berkahi Muhammad dan keluarga
Muhammad sebagaimana Kau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim;
kemudian ucapkan salam kepadaku. (Musnad, jilid 2, halaman 97).
Ash-Shawa’iqul Muhriqah, hlm 144:
Ibnu Hajar meriwayatkan bahwa Ka’b bin
Ujrah berkata: ketika ayat ini turun kami bertanya kepada Rasulullah
saw: Ya Rasulallah, kami telah mengetahui cara mengucapkan salam
kepadamu, tapi bagaimana cara bershalawat kepadamu. Nabi saw menjawab:
kalian ucapkan:
اللّهم صل على محمد وآل محمد
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad. Kemudian beliau bersabda: Janganlah
kalian bershalawat kepadaku dengan shalawat yang batra’ (puntung). Lalu
para sahabat bertanya: Apa shalawat yang batra’ itu. Beliau menjawab:
Kalian hanya mengucapkan:
اللّهم صل على محمد
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad. Tetapi, hendaknya kalian mengucapkan:
اللّهم صل على محمد وآل محمد
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.
Dalam tafsirnya Al-Qurthubi menyebutkan beberapa riwayat bahwa ayat ini
adalah keharusan menyertakan Ahlul bait ketika bershalawat kepada
Nabi saw. (Al-Jami’ li-Ahkamil Qur’an 14: 233 dan 234).
Ibnul Arabi Al-Andalusi Al-Maliki juga
menyebutkan beberapa riwayat bahwa ayat ini diturunkan untuk
menegaskan hak Nabi saw dan keluarganya yang suci (as). (Ahkamul
Qur’an 2: 84).
Jabir (ra) berkata: Sekiranya kamu
melakukan shalat dan tidak bershalawat kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad, maka aku tidak melihat shalatnya diterima. (Dzakhairul
Uqba:19).
Al-Qadhi ‘Iyadh meriwayatkan dalam
Asy-Syifa’, dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa
yang melakukan shalat dan dalam shalatnya tidak membaca shalawat
kepadaku dan Ahlul baitku, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Ghadir
2: 303).
Ibnu Hajar mengatakatan: Ad-Daruquthni
dan Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang
melakukan shalat dan dalam shalatnya tidak membaca shalawat kepadaku
dan Ahlul baitku, maka shalatnya tidak diterima.” (Ash-Shawaiqul
Muhriqah: 139).
Ar-Razi mengatakan: Doa untuk keluarga
Nabi saw menunjukkan keagungan kedudukan mereka, karena doa ini
ditempatkan di akhir Tasyahhud dalam shalat, yaitu: Allahumma shalli
‘ala Muhammad wa âli Muhammad, warham Muhammadan wa âla Muhammad (Ya
Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan
sayangi Muhammad dan keluarga Muhammad).
Pengagungan ini tidak akan didapatkan
pada selain keluarga Muhammad. Hal ini menunjukkan bahwa mencintai
keluarga Muhammad adalah wajib. Keagungan kedudukan Ahlul bait Nabi saw
terdapat dalam lima hal: Tasyahhud dalam shalat, salam, kesucian,
diharamkannya sedekah bagi mereka, dan kewajiban mencintai mereka.
(Tafsir Ar-Razi 7: 391).
Hadis-hadis tersebut dan yang semakna juga terdapat dalam:
1. Shahih Bukhari, jilid 6, halaman 12.
2. Asbabun Nuzul, Al-Wahidi, halaman 271.
3. Ma’alim At-Tanzil, Al-Baghawi, catatan pinggir Tafsir Al-Khazin, jilid 5, halaman 225.
4. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 148.
5. Tafsir Fakhrur Razi, jilid 25, halaman 226.
6. Al-Hafizh Abu Na’im Al-Isfahani, Akhbar Isfahan, jilid 1, halaman 131.
7. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Khathib, Tarikh Baghdad, jilid 6, halaman 216.
8. Ibnu Abd Al-Birr Al-Andalusi, Tajrid At-Tamhid, halaman 185.
9. Tafsir Ruh Al-Ma’ani, Al-Alusi, jilid 22, halaman 32.
10. Dzakhairul Uqba, Muhibuddin Ath-Thabari, halaman 19.
11. Riyadhush Shalihin, An-Nawawi, halaman 455.
12. Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3, halaman 506.
13. Tafsir Ath-Thabari, jilid 22, halaman 27.
14. Tafsir Al-Khazin, jilid 5, halaman 226.
15. Ad-Durrul Mantsur, As-Suyuthi, jilid 5, halaman 215.
16. Fathul Qadir, Asy-Syaukani, jilid 4, halaman 293.
Shalat tidak akan diterima tanpa
shalawat, riwayat yang menerangkan ini terdapat dalam Sunan Al-Baihaqi
2: 379, kitab shalat, bab 471, hadis 3968, sebagai berikut : Abu
Mas’ud berkata: Sekiranya aku melakukan shalat tanpa bershalawat
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, niscaya aku memandang shalatku
tidak sempurna.
Dalam Sunan Ad-Daruquthni 136, kitab
shalat, bab kewajiban shalawat dalam tasyahhud, hadits ke 6: Ibnu
Mas’ud berkata bahwa Rasululah saw bersabda:
من صلى صلاة لم يصل فيها عليّ ولا على أهل بيتي لم تقبل منه
“Barangsiapa yang melakukan shalat, dan
di dalamnya tidak bershalawat kepada ku dan Ahlul baitku, maka
shalatnya tidak diterima.”
Dalam Dzakhair Al-‘Uqba 19, bab Fadhail
Ahlul bait (sa):Jabir berkata: Sekiranya aku melakukan shalat, dan di
dalamnya aku tidak bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad,
niscaya aku memandang shalatku tidak diterima.
Dalam Syarah Al-Mawahib halaman 7, Imam Syafi’i berkata :
يا آل بيت رسول الله حبكم فرض من الله في القرآن أنزله
كفا كم من عظيم القدر انكم من لم يصل عليكم لا صلاة له
Wahai Ahlul bait Rasulullah,mencintaimu
diwajibkan oleh Allah dalam Al-Qur’an yang diturunkanCukuplah
keagungan kedudukanmuorang yang tidak bershalawat kepadamu (dalam
shalatnya)shalatnya tidak sah.
Perkataan Imam Syafi’i tersebut juga
terdapat dalam:1. Musnad Ahmad, jilid 6 halaman 323.2. Ash-Shawaiqul
Muhriqah, Ibnu hajar, halaman 88.3. Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn
Al-Abshar, Asy-Syablanji, halaman 104, bab 2 manaqib Al-Hasan dan
Al-Husayn.
Doa tidak akan diijabah tanpa
shalawatDalam Kanzul Ummal 1: 173, pasal 2 Adab Doa : Tidak ada
suatupun doa kecuali ada hijab (penghalang) antara doa itu dan Allah
sehingga dibacakan shalawat. Ketika shalawat dibacakan, maka robeklah
hijab itu dan sampailah doa itu kepada Allah swt. Dan jika tidak
dibacakan shalawat, maka kembalilah doa itu.Pernyataan ini
diriwayatkan oleh Ad-daylami dari Ali bin Abi Thalib (as).
Dalam Ash-Shawaiq Al-Muhriqah haaman 88:Ad-Daylami meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
الدعاء محجوب حتى يُصلّى على محمّد وأهل بيته ، اللّهم صلِّ على محمّد وآله
“Doa itu akan terhijab sampai dibacakan
shalawat kepada Muhammad dan Ahlul baitnya, yaitu: Sampaikan shalawat
kepada Muhammad dan keluarganya.”
Dalam Faydh Al-Qadhir 5: 19, hadis ke 6303:Ali bin Abi Thalib (as) berkata:
كل دعاء محجوب حتى يُصلّى على محمّد وآل محمّد
“Semua doa akan terhalangi sehingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.”
Al-Haitsami mengatakan: Tokoh-tokoh hadis tersebut dapat dipercaya.Al-Muttaqi
Al-Hindi juga menyebutkan dalam kitabnya Kanzul Ummal 1/314, mengutip
dari Ubaidillah bin Abi Hafsh Al-‘Aysyi. Abdul Qadir Ar-Rahawi
menyebutkan dalam Al-Arbain, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, Al-Baihaqi
dalam Syu’b Al-Iman.
Dalam Faydh Al-Qadir 3: 543: Abu Syaikh meriwayatkan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata :
الدعاء محجوب عن الله حتى يصلّى على محمّد وأهل بيته
“Doa itu akan terhijabi dari Allah sehingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan Ahlul baitnya.”
Hadis ini juga diriwayatkan Al-Baihaqi dari Asy-Sya’b, At-Tirmidzi dari Ibnu Umar.
Dalam Kanzul Ummal 1: 181:Rasulullah saw
bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): Jika disedihkan oleh suatu
persoalan, maka bacalah:
اللّهم احرسني بعينك التي لا تنام،
واكنفني بكنفك الذي لا يرام. أسألك أن تُصلّي على محمّد وعلى آل محمّد،
وبك أدرأ في نحور الأعداء والجبابرة
“Ya Allah, jagalah daku dengan mata-Mu
yang tak pernah tidur, dan jagalah daku dengan benteng-Mu yang tak
pernah hancur. Aku bermohon pada-Mu sampaikan shalawat kepada Muhammad
dan keluarga Muhammad, dengan-Mu aku berlindung dari permusuhan
musuh-musuhku dan orang-orang yang sombong.”
Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (as)
adalah keluarga Nabi sawDalam Musnad Ahmad 6: 324, hadis ke 26206:Ummu
Salam berkata bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Fatimah (as):
“Bawalah kepadaku suamimu dan kedua anakmu.” Kemudian Fatimah (as)
bersama mereka datang kepada Nabi saw. Lalu beliau memayungi mereka
dengan kain kisa’ dan meletakkan tangannya pada mereka, lalu bersabda:
اللّهم إن هؤلاء آل محمّد ، فاجعل صلواتك وبركاتك على محمّد وعلى آل محمّد إنّك حميد مجيد
“Ya Allah, sesungguhnya mereka adalah
keluarga Muhammad, curahkan shalawat-Mu dan keberkahan-Mu kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan
Maha Mulia.”Ummu Salamah berkata: Kemudian aku mengangkat kain kisa’
itu untuk berkumpul bersama mereka, kemudian Nabi saw menarik kain
kisa’ itu (melarang masuk ke dalam kain kisa’) dan bersabda: “Engkau
adalah orang yang baik.”
Dalam Mustadrak Al-Hakim 3: 147, kitab
ma’rifah Shahabah:Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib berkata: Ketika
Rasulullah saw melihat rahmat Allah turun, beliau bersabda: “Datangkan
padaku, datangkan padaku.” Shafiyah bertanya: Siapa yang Rasulallah?
Beliau menjawab: “Ahlul baitku, yaitu Ali, Fatimah, Al-Hasan dan
Al-Husayn.” Lalu mereka datang kepada Nabi saw, kemudian beliau
memayungi mereka dengan kain kisa’, kemudian berdoa dengan mengangkat
tangannya:
اللّهمّ هؤلاء آلي ، فصلِّ على محمّد وعلى آل محمّد
“Ya Allah, mereka adalah keluargaku,
curahkan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.” Kemudian
Allah Azza wa jalla menurunkan surat Al-Ahzab: 33.Al-Hakim mengatakan
hadis ini shahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim.
Hadis ini dan yang semakna juga terdapat dalam :
1. Kanzul Ummal, Al-Muttaqi Al-Hindi, jilid 7 halaman 103, bab Fadhail Ahlul bait, hadis ke 37629.
2. Musykil Al-Atsar, Ath-Thahawi, jilid 1 halaman 334.
3. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, tentang surat Al-Ahzab: 33.
4. Musnad Ahmad, jilid 6 halaman 296.
5. Majma’ Az-Zawaid, Al-Haitsami, jilid 9 halaman 167, bab keutamaan Ahlul bait (as).
Larangan shalawat batra’ (terputus).
Shalawat ba’tra’ adalah shalawat yang tidak menyertakan keluarga Nabi saw dalam bershalawat kepadanya.
Dalam Ash-Shawaiq Al-Muhriqah 87, bab
11:Ibnu Hajar berkata bahwa Nabi saw bersabda: “Janganlah kalian
bershalawat kepadaku dengan shalawat batra’.” Kemudian sahabat
bertanya: Apakah shalawat batra’ itu? Nabi saw menjawab: Kalian hanya
mengucapkan:
اللّهم صلِّ على محمّد
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad. Tetapi hendaknya kalian mengucapkan:
اللّهم صلّ على محمّد وعلى آل محمّد
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.
Disini terdapat hal yang mengherankan:
Mengapa umumnya ummat Islam bershalawat kepada Nabi saw dengan
shalawat batra’ yaitu Shallallahu ‘alayhi wa sallam (semoga Allah
mencurahkan shalawat dan salam kepada Muhammad). Padahal para ulama
dan para imam ahli hadis dari Ahlussunnah telah meriwayatkan
hadis-hadis bahwa doa itu tidak diijabah tanpa bershalawat kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad, shalat tidak diterima tanpa
bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, cara bershalawat
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan hadis-hadis bahwa Nabi saw
melarang bershalawat dengan shalawat batra’ (yang terputus).
Kisah : Keajaiban Shalawat.
Seusai
acara pembacaan maulid nabi, Darmaji melirik pada Kiai Munawi yang
sedang menyimak sebuah kitab. Lalu ia menggeser duduknya lebih mendekat
kepada sang Kiai.
“Kitab apa itu, Kiai?. Sepertinya Kiai serius membacanya”.
“Ini kitab Simthud-Durar fi Akhbari Maulid Khairi Basyar wa Mashlahu Akhlaq wa Aushafi Shiyar,
karya Al-Habib Al-Imam Al-Alamah bin Muhammad Al-Habsyi. Isinya tentang
maulid nabi. Ada 201 nama atau julukan untuk mengagungkan dan
memuliakan Kangjeng Nabi. Ada 22 model shalawat nabi yang masing-masing
punya faedah.
“Wah, hebat juga ya, Kiai. Sebenarnya,
untuk apa sih kita menghormati Kangjeng Nabi? Sampai orang-orang disini
tadi saat berdiri pada melengking-lengking dan nangis semua. Saya jadi
kikuk. Heran. Bingung. Memang baru kali ini saya ikut shalawatan. Itupun
karena diajak temen saya itu si Basri. Apa musti saya harus ikut
menangis, Kiai?. Tapi saya tidak bisa”.
“Memang, mereka yang menangis itu telah
menyaksikan kehadiran Kangjeng Nabi saat berdiri tadi. Coba ya,
kubacakan dulu terjemahan dari kutipan syi’ir ini :
Telah sampai kepada
kami dalam sejumlah hadits masyhur bahwa sesuatu yang pertama diciptakan
oleh Allah ialah nur yang tersimpan dalam pribadi ini. Nur insan
tercinta inilah yang pertama muncul di alam semesta. Kemuliaannya
memercik menjadi seluruh wujud. Ciptaan demi ciptaan. Yang baru datang
atau sebelumnya. Sejak berpaut pada mutiara cemerlang yang terjaga ini.
Alangkah luapan cahaya ini tak terkira. Di pagi hari maupun di kala
senja. Saat terbit pelita penerang ini. Demikian pula yang dirasakan
semua pandangan mata. Menatap bersama menanti kelahirannya. Embun
kerinduan merekah bagai permata baiduri. Dan ketika hampir tiba saat
kelahiran insani terkasih ini, gema hangat nan sejuk ucapan selamat
datang berkumandang di lelangit dan bumi. Hujan kemurahan ilahi tercurah
atas penghuni semesta. Lidah para malaikat bergemuruh bertasbih,
bertahmid dan bertakbir. Dengan kekuasaan-Nya, Allah menyingkap rahasia
tabir tersembunyi, mencurahi terbitnya nur sempurna ini.
“Nah, begitulah. Ini hanya sebagian saja.
Mereka sudah sangat mencintai tradisi shalawat sehingga dengan kuasa
Allah, mata batin mereka dibukakan sehingga dapat menyaksikan kehadiran
Rasulullah”.
“O, begitu Kiai. Matur nuwun atas penjelasannya”.
Acara makan-makan pun digelar.
Jajan-jajan dikeluarkan. Aneka minuman disuguhkan. Semuanya kenyang.
Satu persatu jama’ah shalawat berpamit pada tuan rumah. Sebelum
menyalami si tuan rumah, Kiai Munawi menghampiri Basri.
“Bas, temanmu yang baru ikut shalawatan tadi siapa namanya, kok aku lupa ya?.”
“Teman baru yang mana, Kiai?. Saya tidak ngajak siapa-siapa?. Emang ada apa?”.
Kiai Munawi tersentak hebat. Ia menarik
Basri agak kasar ke sudut ruang tamu. Menanyakannya lagi. Lagi. Dan
lagi. Jawaban Basri tetap sama. Berhari-hari kemudian, sang Kiai tak
bisa tidur, tak berselera makan. Sejak kejadian itu, setiap Kiai Munawi
mengikuti acara shalawatan, ia tak bisa menangis lagi. Dan tak pernah
menceritakan apapun ihwal keistimewaan shalawat kepada siapapun.
***
(Iqbal1 : Geger Kiai, Catatan Mistis sang Kembara ; Fahrudin Nasrulloh ; Pustaka Pesantren, 2009).