~ ahlulbaitnabisaw-video.blogspot.com

Mati diatas Mencintai Ali

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCfVTt0zrSaKIUajJdmLzUQ3ojV8AltneCdggO7DexxUVIT2MZlzdEZqZ0J60TgXpd96yyPmECbToMuaqvZprdrBrWKxNDdoEB_H7_gR20dEvZJN1XNgnQmTWAG9thjJ5AMYTYapAX9oWN/s1600/0c4044406b50df360f38e34f2a5b640c-ABNS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCfVTt0zrSaKIUajJdmLzUQ3ojV8AltneCdggO7DexxUVIT2MZlzdEZqZ0J60TgXpd96yyPmECbToMuaqvZprdrBrWKxNDdoEB_H7_gR20dEvZJN1XNgnQmTWAG9thjJ5AMYTYapAX9oWN/s400/0c4044406b50df360f38e34f2a5b640c-ABNS.jpg" width="301" /></a></div>
<br />
Saat Muawiyah hendak membunuh Hujr bin Adi, Muawiyah menawarkan 
permintaan terakhir, dijawab oleh Hujr bin Adi, “Bunuh anakku terlebih 
dahulu,” Sambil menunjuk anaknya.
<br />
M : “Apa kau bilang?”,<br />
H : “Bunuh anakku terlebih dahulu!”,<br />
M : “Jadi ini permintaan terakhirmu sebagai seorang ayah?”,<br />
H : “Ya”,<br />

Akhirnya Muawiyah memenggal anak Hujr bin Adi di depan matanya. Hujr bin Adi tersenyum,<br />
H : “Alhamdulillah”.<br />
M : “Kenapa kau tersenyum? Kami baru saja membunuh anakmu, dan kenapa kau meminta anakmu dibunuh di depanmu?!”<br />
H : “Aku ingin menyaksikan anakku mati dalam keadaan cinta pada Ali bin 
Abi Thalib. Jika aku mati sebelumnya, mungkin saja dia (berubah) 
mencintai orang Sham (Muawiyah/bani Umayyah), lalu aku melihat anakku 
mati dalam keadaan mencintai Ali, apa lagi yang kuinginkan dalam 
kehidupanku selain menjumpai Tuhan sambil membawa seorang anak yang 
mencintai Amirul Mukminin? Sekarang saat kau membunuhku, aku akan 
tersenyum, karena aku siap untuk menghadap Tuhan sambil berkata, ‘Aku 
membesarkan pria yang memuji Abu Turab, mencintai Abu Turab, 
menghambakan diri pada Abu Turab, dan menjaga warisan Abu Turab’”<br />
<br />

@kampoengsufi/2011<br />
<br />

<div style="text-align: center;">
Tetap SEMANGAT Tetap SHALAWAT</div>
<div style="text-align: center;">
~♥~<strong>اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ </strong><strong>مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ</strong>~♥~</div>
<br />
<b>(Kampung-Sufi/Mahdi-News/ABNS) </b></div>

Mati diatas Mencintai Ali

Saat Muawiyah hendak membunuh Hujr bin Adi, Muawiyah menawarkan permintaan terakhir, dijawab oleh Hujr bin Adi, “Bunuh anakku terlebih ...

Baca selengkapnya »

08.43

Aku Menangis

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiz9XFp4lUDkAvb49FaynRQFbuto432x4YiA6GqOOW8ujzsC_LsTN19PyJIbWQ_PEHvW9D5tA0FPjbv1UOgAEQSbrm4zCKJoqfGkFGbGPvl8Vs8Y-fU8hKX_u3BSvCqqSf3vHaWGSnHSkCV/s1600/inna-ABNS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="176" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiz9XFp4lUDkAvb49FaynRQFbuto432x4YiA6GqOOW8ujzsC_LsTN19PyJIbWQ_PEHvW9D5tA0FPjbv1UOgAEQSbrm4zCKJoqfGkFGbGPvl8Vs8Y-fU8hKX_u3BSvCqqSf3vHaWGSnHSkCV/s400/inna-ABNS.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Ashbagh, pelayan Imam Ali, meminta izin kepada Hasan untuk 
menjenguk Imam Ali yang kini terbaring oleh hujaman pedang beracun Ibnu 
Muljam. Setelah masuk dan melihat keadaan Imam, Ashbagh tak kuasa 
menahan diri dan meledak dalam tangisan.<br />
<br />
<div>
Ashbagh: “Aku melihat Imam terbaring menggigil di ranjang dengan 
dahi merekah mengucurkan darah. Beliau melilitkan sorban warna kuning ke
 atas kepalanya. Aku tak lagi bisa membedakan mana yang lebih kuning, 
wajahnya atau kain sorbannya. Aku langsung memeluki dan menciuminya 
selama mungkin. Aku menangis sejadi-jadinya dalam pelukannya.”Imam Ali 
berkata: “Jangan menangis, hai Ashbagh. Sungguh demi Allah, surga telah 
di depan mataku!”Ashbagh: “Aku sadar betul engkau menuju ke surga. Aku 
menangis karena akan berpisah denganmu, ya Amirul Mukminin….</div>
<div>
 </div>
<div>
Assalamu’alayka Ya Amiral Mukminin……!</div>
<div>
 </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFoWnqPRDbrefvOVxjGov0DvV_5mtmrrGqMB8Sty7nJvq6EgQ3m30BtsqghGCcFTC8QMpN9MZh5G4SJNBVKibd27MSpgYvNZ7rj5NdCk8JBmbX-yLVhWLUI6tYCrrDz4V61EtdO1Z0rOjV/s1600/Al-Qadr-ABNS.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFoWnqPRDbrefvOVxjGov0DvV_5mtmrrGqMB8Sty7nJvq6EgQ3m30BtsqghGCcFTC8QMpN9MZh5G4SJNBVKibd27MSpgYvNZ7rj5NdCk8JBmbX-yLVhWLUI6tYCrrDz4V61EtdO1Z0rOjV/s400/Al-Qadr-ABNS.png" width="400" /></a></div>
<div>
 </div>
<div style="text-align: center;">
 Tetap SEMANGAT Tetap SHALAWAT</div>
<div style="text-align: center;">
  ~♥~<strong>اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ </strong><strong>مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ</strong>~♥~ </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>(Kampung-Sufi/Mahdi-News/ABNS)</b></div>
</div>

Aku Menangis

Ashbagh, pelayan Imam Ali, meminta izin kepada Hasan untuk menjenguk Imam Ali yang kini terbaring oleh hujaman pedang beracun Ibnu Mul...

Baca selengkapnya »

08.24

Anda Putra Ali bin Abi Thalib As bukan Putra Rasul Saw!

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6cJVi71Uvjj-oLTltc24l56o02nawM637MdhDVu3NUp5bt3TDqUogD3wLaie0jk6Uz_A_FH7Z24Kb67H5S_r8MmGsCKSuxHOek-09qvUM2v4pXtuY0laEPZCZZWiQXto4oSvc_EoHK7rM/s1600/imam_ali_poster_by_modesignz-ABNS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="281" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6cJVi71Uvjj-oLTltc24l56o02nawM637MdhDVu3NUp5bt3TDqUogD3wLaie0jk6Uz_A_FH7Z24Kb67H5S_r8MmGsCKSuxHOek-09qvUM2v4pXtuY0laEPZCZZWiQXto4oSvc_EoHK7rM/s400/imam_ali_poster_by_modesignz-ABNS.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Raja <strong>Harun al-Rasyid </strong>merasa terganggu jika mendengar masyarakat Muslim banyak memanggil Imam Musa al-Kazhim as dengan panggilan “<em>Ibnu Rasul</em>”
 yang artinya putra Rasulullah Saw, padahal menurutnya Rasulullah Saw 
tidak mempunyai keturunan laki-laki, sehingga menurut dia nasab Nabi Saw
 terputus.<br />
<br />
Pada suatu kesempatan Harun al-Rasyid meminta Imam Musa al-Kazhim as untuk menemuinya.<br />
<strong>Harun</strong> : “Mengapa Anda membiarkan masyarakat menasabkan diri Anda kepada Nabi Saw dan mereka memanggil Anda, “<em>Ya Ibna Rasul</em> –
 Wahai Putra Rasulullah” padahal, Anda adalah putra Ali (bukan putra 
Rasul), dan seseorang hanya dinasabkan kepada ayahnya. Sementara Fatimah
 hanyalah wadah. Nabi Saw adalah kakek atau moyang Anda dari pihak ibu 
Anda.”<br />
<strong>Imam</strong> <strong>Musa</strong> : “Kalau Nabi Saw dibangkitkan, lalu menyampaikan kemuliaan Anda kepada Anda, akankah Anda menyambutnya?”<br />
<strong>Harun</strong> : “Subhanallah! Mengapa saya tidak menyambut beliau? Saya akan membanggakan diri di hadapan bangsa Arab dan kaum non-Arab.”<br />
<strong>Imam </strong>: “Akan tetapi, beliau tidak mengatakannya kepada saya dan saya pun tidak ingin mendahuluinya.”<br />
<strong>Harun </strong>: “Anda benar. Akan tetapi, mengapa Anda sering 
mengatakan, “Kami keturunan Nabi Saw” padahal Nabi tidak memiliki 
keturunan? Sebab, keturunan itu dari pihak laki-laki, bukan dari pihak 
perempuan. Anda dilahirkan oleh putri Nabi (Fathimah). Oleh karena itu 
beritahukan kepada saya argumen Anda dalam masalah ini, wahai putra Ali.
 Anda dapat menegaskannya kepada saya dengan dalil dari Kitab Allah. 
Anda, wahai putra Ali, mengaku bahwa tidak turun dari kalian sedikit pun
 dari Kitab Allah itu, baik <em>alif</em> maupun <em>wawu</em> melainkan memiliki penakwilannya. Kalian berargumen dengan firman-Nya <em>‘Azza wa Jalla</em>, “<em>Tidaklah Kami alfakan sesuatu pun di dalam al-Kitab</em>.” (QS al-An’am [6]: 38). Jadi, kalian tidak lagi memerlukan pendapat dan qiyas dari ulama lain.”<br />
<strong>Imam</strong> : “Izinkanlah saya untuk menjawab.”<br />
<strong>Harun</strong> : “Silahkan”<br />
<strong>Imam</strong> : “Aku berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. “<em>Dan
 dari keturunannya (Nuh) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, orang-orang yang 
berbuat baik, dan Zakaria, Isa, dan Ilyas semuanya termasuk orang-orang 
yang shalih</em>.” (QS al-An’am [6]: 84-85). Lalu, siapa ayah Nabi Isa?<br />
<strong>Harun</strong> : “Isa tidak memiliki ayah.”<br />
<strong>Imam</strong> : “Tetapi, mengapa Allah Azza wa Jalla 
menisbatkannya kepada keturunan para nabi melalui ibunya, Maryam as? 
Maka demikian pula kami (Ahlul-Bayt) dinisbatkan kepada keturunan Nabi 
Saw melalui ibu kami, Fathimah as! Maukah saya tambahkan penjelasannya?”<br />
<strong>Harun</strong>: “Tentu!”<br />
<strong>Imam</strong> : “Allah Swt berfirman, “<em>Siapa yang 
membantahmu tentang kisah `Isa sesudah datang pengetahuan yang 
meyakinkanmu maka katakanlah (kepadanya), “Marilah kita memanggil 
anak-anak kami dan anak-anak kamu, perempuan kami dan perempuan kamu, 
diri kami dan diri kamu. Kemudian marilah kita ber-mubahalah kepada 
Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang 
yang berdusta.”</em> (QS Ali Imran [3]: 61).<br />
<br />
Tidak seorang pun mengaku bahwa ia disertakan Nabi Saw ke dalam jubah (<em>al-kisa</em>)
 ketika bermubahalah dengan kaum Nasrani kecuah Ali bin Abi Thalib as, 
Fatimah as, al-Hasan as, dan al-Husain as. Seluruh kaum Muslim sepakat 
bahwa maksud dari kalimat <em>abna’ana</em> (anak-anak kami) di dalam ayat mulia tersebut adalah <em>Hasan</em>dan <em>Husain</em> as, dan maksud <em>nisa’ana </em>(perempuan kami) adalah Fathimah al-Zahra as dan maksud kata <em>anfusana </em>(diri kami) adalah Ali bin Abi Thalib as.”<br />
<br />
<strong>Harun</strong> : “Anda benar, wahai Musa!”<br />
<br />
________________________________<br />
<b>Referensi:</b><br />
Allamah <em>al-Tabarsi Abu Manshur Ahmad bin Ali</em> di dalam kitabnya <em>al-Ihtijaj</em> JUz 2.<br />
<br />
<b>(Qitori/Mahdi-News/ABNS) </b></div>

Anda Putra Ali bin Abi Thalib As bukan Putra Rasul Saw!

Raja Harun al-Rasyid merasa terganggu jika mendengar masyarakat Muslim banyak memanggil Imam Musa al-Kazhim as dengan panggilan “ Ibnu...

Baca selengkapnya »

08.16

Wasiat Nabi SAW untuk Abu Dzar (ra)

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn-ce2b4x5jcIr0JAT3xondvYZHLYbECnoDuSEacnLxp7_zPCbWWwhyPtzkOd0Pj51UmAvbcNzH7ib4HaNnGKXutwgI4fnhq0rFnZ2q37DeIB4e-ou3XxLCrMtMB6vzXpLFoT4JWN10rvW/s1600/OLD-kabah-ABNS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="283" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn-ce2b4x5jcIr0JAT3xondvYZHLYbECnoDuSEacnLxp7_zPCbWWwhyPtzkOd0Pj51UmAvbcNzH7ib4HaNnGKXutwgI4fnhq0rFnZ2q37DeIB4e-ou3XxLCrMtMB6vzXpLFoT4JWN10rvW/s400/OLD-kabah-ABNS.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Abu Dzar Al-Ghifari berkata: pada suatu hari aku datang kepada 
Rasulullah saw, saat itu beliau berada di masjidnya dan tidak ada 
seorang pun di dalamnya kecuali Rasulullah saw dan Ali (as) berada di 
sampingnya. Dalam suasana yang sunyi di dalam masjid aku berkata kepada 
beliau,  “Ya Rasulallah, demi ayahku dan ibuku, berilah aku suatu 
wasiat yang dengannya Allah memberi manfaat padaku.”<br />
<br />
Rasulullah saw bersabda: “Baiklah Abu Dzar, aku memuliakanmu, karena 
kamu termasuk golongan kami Ahlul bait. Aku wasiatkan padamu suatu 
wasiat, maka jagalah wasiat ini. Karena wasiat ini meliputi kebaikan dan
 jalan-jalannya. Jika kamu menjaganya, maka dengannya kamu akan seperti 
fulan.<br />
<br />

Wahai Abu Dzar, sembahlah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika 
kamu tidak mampu melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. Ketahuilah! 
Sesungguhnya awal ibadah kepada Allah adalah pengenalan terhadap-Nya, 
Dialah Yang Awal sebelum segala sesuatu, sehingga tidak ada sesuatu 
sebelum-Nya. Keesaan-Nya tidak ada yang kedua bagi-Nya; keabadian-Nya 
tak berakhir; Dialah Pencipta langit dan bumi, dan segala isinya serta 
yang ada di antara keduanya. Dia Maha Lembut dan Maha Mengetahui; Dia 
Maha Kuasa atas segala sesuatu.<br />
<br />

Kemudian beriman padaku, mengakui bahwa Allah swt telah mengutusku 
bagi seluruh manusia, untuk menyampaikan berita bahagia dan berita yang 
menakutkan, mengajak kepada Allah dengan izin-Nya, menjadi pelita dan 
cahaya yang menerangi.<br />
<br />
Selanjutnya, mencintai Ahlul baitku yaitu mereka yang telah dijaga oleh Allah dari segala noda dan disucikan dengan sesuci-sucinya.<br />
<br />

Ketahuilah wahai Abu Dzar: Sesungguhnya Allah azza wa jalla telah 
menjadikan Ahlul baitku bagi umatku seperti bahtera Nuh, orang yang 
menaikinya akan selamat dan orang yang membencinya akan tenggelam.<br />
<br />
Ahlul
 baitku juga seperti pintu hiththah Bani Israil, orang yang memasuki 
akan aman.<br />
<br />
Wahai Abu Dzar, jagalah wasiatku ini maka kamu akan bahagia di dunia dan akhirat.<br />
<br />

Wahai Abu Dzar, ada dua kenikmatan yang diinginkan oleh umumnya 
manusia: kesehatan dan kekosongan hati (tidak terbebani oleh urusan 
dunia).<br />
<br />

Wahai Abu Dzar, manfaatkan dengan sungguh-sungguh tentang lima hal 
sebelum (datang) lima hal: mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum 
sakitmu, kekayaanmu sebelum kefakiranmu, waktu luangmu sebelum 
kesibukanmu, hidupmu sebelum matimu.<br />
<br />

Wahai Abu Dzar, janganlah menunda amalmu hari ini karena kamu tidak 
tahu hari esok. Jika kamu masih ada pada hari esoknya, maka jadikan hari
 esok seperti hari ini. Jika kamu tidak ada hari esok, maka kamu tidak 
akan menyesali apa yang kamu lalui hari ini.<br />
<br />

Wahai Abu Dzar, betapa banyak masa depan yang tak tersempurnakan, dan menunggu hari esok yang tak dapat menyampaikan.<br />
<br />

Wahai Abu Dzar, sekiranya kamu melihat ajalmu dan perjalanannya niscaya kamu akan marah pada angan-angan dan tipudayanya.<br />
<br />

Wahai Abu Dzar, jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang 
yang melintasi jalan. Masukkanlah dirimu bagian dari penghuni kubur.<br />
<br />

Wahai Abu Dzar, jika kamu berada di pagi hari maka jangan jadikan 
dirimu sore hari, jika kamu berada di sore hari maka jangan jadikan 
dirimu pagi hari. Manfaatkan sehatmu sebelum datang sakitmu, hidupmu 
sebelum matimu, karena kamu tidak tahu apa namamu esok hari.<br />
<br />

Wahai Abu Dzar, waspadai kejatuhanmu diketahui saat ketergelinciranmu, sehingga itu tak dapat dikatakan tergelincir.<br />
<br />
Kamu tak akan dapat kembali. Tak akan terpuji oleh orang sesudahmu apa 
yang kamu tinggalkan. Dan tak dapat beralasan pada orang sebelummu 
dengan kesibukan.<br />

(Makarimul Akhlaq, Syeikh Ath-Thabrasi: 459).<br />
<br />

Wasiat Nabi SAW untuk Abu Dzar (ra)

Abu Dzar Al-Ghifari berkata: pada suatu hari aku datang kepada Rasulullah saw, saat itu beliau berada di masjidnya dan tidak ada seora...

Baca selengkapnya »

08.08

Kutukan Nabi SAW

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYYrLngMOIJfyOUREP9gecdXW64F44iSp1kIbBuAjf2aG9T2YU9L0zvDKXUABo8_HqX7YQn9tc1VmghwkgDDqPrGWW3BWsGlqLqPazRj-M1idPWgkoHYvrEUixXZfZfTQx_PKIdOPXlmcK/s1600/moschea_fatih2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="272" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYYrLngMOIJfyOUREP9gecdXW64F44iSp1kIbBuAjf2aG9T2YU9L0zvDKXUABo8_HqX7YQn9tc1VmghwkgDDqPrGWW3BWsGlqLqPazRj-M1idPWgkoHYvrEUixXZfZfTQx_PKIdOPXlmcK/s400/moschea_fatih2.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Di Khadir Khum, sambil mengangkat lengan Ali, Rasulullah bersabda: 
“Barangsiapa mengakui aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya 
juga!”<br />
<br />
Ketetapan Rasul tersebut tersebar ke penjuru negeri hingga terdengar 
al Harits bin Numan Al Fihri. Segera Harits mengendarai ontanya menemui 
Rasulullah. Ia bertanya dengan nanda memprotes; “Ya Muhammad, Anda telah
 menyuruh kami bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Anda 
adalah Rasul-Nya. Kami menerimanya.<br />
<br />
Lalu Anda menyuruh kami mengerjakan 5x sholat se hari, kamipun menerimanya.<br />
Anda menyuruh kami menunaikan zakat, kami juga menerimanya.<br />
<br />
Anda menyuruh kami melaksanakan ibadah haji, kamipun menerimanya.<br />
<br />

Namun Anda belum juga merasa puas dengan itu semua, hingga mengangkat
 lengan keponakan Anda (Ali) dan mengutamakannya di atas kami semua! 
Andapun berkata: ‘Barangsiapa mengakui aku sebagai maulanya, maka Ali 
adalah maulanya juga!’”<br />
<br />

“Apakah ini dari Anda sendiri ataukah dari Allah?”<br />
<br />

Rasulullah segera menjawab: “Demi Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia, sungguh ini adalah ketentuan dari Allah Azza wa Jalla!”<br />
<br />

Mendengar jawaban Rasul, pergilah al-Harits menunju ontanya seraya 
berkata sinis; “WAHAI TUHAN, JIKA APA YANG DIKATAKAN MUHAMMAD MEMANG 
BENAR, TURUNKAN HUJAN BATU DARI LANGIT ATAS KAMI ATAU DATANGKAHLAH AZAB 
YANG PEDIH BAGI KAMI!”<br />
<br />

Seketika Allah melemparinya dengan batu yang menembus tubuhnya. 
Harits terkapar mati sebelum mencapai ontanya. Turunlah firman Allah:<br />

“Seseorang telah meminta kedatangan azab yang menimpa orang-orang 
kafir, dan tidak seorangpun akan dapat menolaknya” (al-Maarij:1-2).<br />
<br />

[Ats Tsalabi, dalam tafsirnya al Kabir, dalam menafsirkan surat al-Maarij melalui dua sanad yang mutabar]<br />
[Asy Syablanji, Nurul Abshar, bagian riwayat hidup Ali]<br />
[Al Halabi, Sirah, Jilid 3, Hlm 214, ketika meriwayatkan tentang Haji Wada]<br />
<br />
<b>(Kampung-Sufi/Mahdi-News/ABNS) </b></div>

Kutukan Nabi SAW

Di Khadir Khum, sambil mengangkat lengan Ali, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengakui aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya...

Baca selengkapnya »

08.03

Siapakah Imamnya Fatimah binti Muhammad? Berikut Penjelasannya

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyxLOcbytl_Jq4_joE3nYUP8YSb7EXY9b8kn5q7GU_gH9j68dn-bjhwwaaP5-MYE1D9q8v0Nf6Wa-cRsn1aLGuBOhUcXmEGaEIMJPUh8EDSHHI5EvD9M6ma7rsM9kEmcjElNADqTnQ9zjc/s1600/Rumah-Zahra-ABNS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyxLOcbytl_Jq4_joE3nYUP8YSb7EXY9b8kn5q7GU_gH9j68dn-bjhwwaaP5-MYE1D9q8v0Nf6Wa-cRsn1aLGuBOhUcXmEGaEIMJPUh8EDSHHI5EvD9M6ma7rsM9kEmcjElNADqTnQ9zjc/s400/Rumah-Zahra-ABNS.jpg" width="281" /></a></div>
<br />
Hujjatul Islam Moawenian dalam ceramahnya menceritakan kisah berikut.
 Ulama besar Syiah, Allamah Amini, menyampaikan sebuah pertanyaan 
sederhana di hadapan para ulama ahlusunah: Siapakah imamnya Fatimah 
binti Muhammad?<br />
<br />
Ada sebuah kisah nyata tentang Allamah Amini (penulis kitab 
al-Ghadir). Allamah Amini diundang oleh para ulama suni dalam sebuah 
acara makan malam ketika beliau ada di Mekah atau Madinah. Pertama 
kalinya beliau menolak, tapi mereka memaksa. Namun kemudian, beliau 
menerima dengan satu syarat bahwa dia hanya datang untuk makan malam, 
bukan diskusi, karena pandangan beliau sudah dikenal. Mereka menerima 
persyaratannya. Mereka mengatakan kalau beliau datang, barulah akan 
dipikirkan apa yang akan dilakukan.<br />
<br />

Dalam pertemuan tersebut terdapat sekitar 70-80 ulama besar suni yang
 menghapal di atas 10-100 ribu hadis yang ada. Setelah mereka makan, 
mereka ingin mengajaknya terlibat dalam diskusi dan dengan cara ini 
mereka dapat membuatnya terdiam. Tapi Allamah Amini mengingatkan mereka 
tentang peraturan bahwa dia datang hanya untuk makan malam.<br />
<br />

Salah satu di antara mereka kemudian mengatakan bahwa akan lebih baik
 jika masing-masing di antara yang hadir dapat mengutipkan sebuah hadis.<br />
<br />
Dengan cara ini, allamah juga akan terlibat menyampaikan hadis dan hadis
 tersebut dapat membantu mereka untuk memulai diskusi. Semuanya 
menyampaikan sebuah hadis sampai akhirnya giliran Allamah Amini. Mereka 
memintanya untuk menyampaikan sebuah hadis dari Nabi Muhammad saw.<br />
<br />
Allamah mengatakan tidak masalah, tapi dia akan menyampaikan sebuah 
hadis dengan satu syarat: setelah saya menyampaikan hadis, masing-masing
 dari kalian harus menyampaikan pandangan tentang sanad dan kebenaran 
hadis tersebut. Mereka menerimanya.<br />
<br />
Kemudian, beliau menyampaikan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda: “Siapa 
yang tidak mengenal imam zamannya kemudian meninggal, maka meninggalnya 
sama seperti pada masa jahiliah.”<br />
<br />

<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><b>من مات و لم يعرف إمام زمانه مات ميتة جاهلية</b></span></div>
<br />
Kemudian ia bertanya kepada masing-masing dari mereka tentang 
kebenaran hadis tersebut. Mereka semua menyatakan bahwa hadis tersebut 
benar dan tidak ada keraguan tentangnya dalam semua kitab rujukan suni. 
Kemudian allamah mengatakan bahwa kalian semua sepakat tentang kebenaran
 hadis ini. “Baiklah, saya mempunyai satu pertanyaan. Katakan kepada 
saya apakah Fatimah mengenali imamnya? Lalu siapakah imamnya? Siapakah 
imamnya Fatimah?”<br />
<br />
Tidak ada yang menjawabnya. Mereka semua terdiam dan setelah beberapa 
lama satu per satu meninggalkan tempat. “Allah mengetahui bahwa saya 
melakukan diskusi ini dengan ulama suni di Masjidilharam dan dia adalah 
orang yang sangat ahli dan berpengetahuan. Dia hanya tertawa. Aku 
tanyakan kepadanya jawaban pertanyaan saya, tapi dia hanya tertawa.”<br />
<br />

Saya mulai marah dan mengatakan padanya, “Apa yang Anda tertawakan?” 
Dia menjawab, “Saya menertawakan diri saya sendiri.” Saya tanya, 
“Benarkah?” Dia menjawab, “Ya.” Saya tanya lagi, “Mengapa?”<br />
<br />

“Karena saya tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Anda. Jika saya
 katakan Fatimah tidak mengenal imam pada zamannya, itu berarti dia 
wafat sebagai seorang kafir. Tapi tidak mungkin pemimpin para wanita di 
dunia ini tidak mengenal imamnya. Tidak pernah mungkin!”<br />
<br />
“Jika Fatimah mengenal imamnya, bagaimana saya bisa mengatakannya? Misal
 Abu Bakar adalah imamnya, tetapi Bukhari dalam kitabnya menuliskan 
fakta bahwa Fatimah wafat dalam keadaan marah… Tidak mungkin bagi 
Fatimah untuk marah kepada imamnya!” ( meriwayatkan daripada Aisyah 
bahwa Fatimah AH tidak bercakap dengan Abu Bakar sehingga beliau 
meninggal dunia. Beliau hidup selepas Nabi wafat selama 6 bulan. 
Manakala beliau wafat, suaminya Ali AS mengkebumikannya di waktu malam 
dan tidak mengizinkan Abu Bakar dan Umar mengerjakan solat jenazah ke 
atasnya [Al-Bukhari,Sahih,VI,hlm.196; Ibn Qutaibah, al-Imamah 
wal-Siyasah,I,hlm.14; Abu l-Fida, Tarikh,I,hlm.159; 
al-Tabari,Tarikh,III,hlm.159]).<br />
<br />

Fatimah adalah alasan terkuat kami. Karena Fatimah, tidak ada tempat 
untuk menyembunyikan kebenaran. Karenanya, menghidupkan nama Fatimah dan
 menangis untuk kesyahidahannya adalah seruan kepada tauhid. Menangis 
untuk Fatimah, pintu dan rumahnya yang terbakar adalah menangis untuk 
Alquran yang juga terbakar!<br />
<br />
Gagak, Nop 2012<br />
<br />
<a href="https://kampoengsufi.files.wordpress.com/2012/02/germany.jpg">
</a><div style="text-align: center;">
Tetap SEMANGAT Tetap SHALAWAT</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
~♥~<strong>اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ </strong><strong>مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ</strong>~♥~</div>
<br /><b>(Kampung-Sufi/Mahdi-News/ABNS)</b></div>