Alam kubur adalah alam yang peristiwanya sangat
menakutkan dan sekaligus membahagiakan bagi para calon penghuninya. Imam
Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Setiap hari kuburan berkata: aku adalah rumah yang terasing, aku rumah yang kesepian, aku rumah cacing-cacing. Aku adalah bagian dari taman-taman surga, dan sekaligus aku adalah jurang dari jurang-jurang neraka.” (Al-Kafi 3: 247).
“Setiap hari kuburan berkata: aku adalah rumah yang terasing, aku rumah yang kesepian, aku rumah cacing-cacing. Aku adalah bagian dari taman-taman surga, dan sekaligus aku adalah jurang dari jurang-jurang neraka.” (Al-Kafi 3: 247).
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) juga berkata:
“Tidak ada satu pun kuburan kecuali ia berkata setiap hari tiga kali: aku rumah di bumi, aku rumah bala’, aku rumah cacing-cacing. Ketika seorang hamba yang mukmin memasukinya, ia berkata: selamat datang, demi Allah, aku mencintaimu, kamu berjalan di punggungku, sekarang bagaimana keadaanmu ketika memasuki perutku, kamu akan melihat semua itu.” (Al-Kafi 3: 243).
“Tidak ada satu pun kuburan kecuali ia berkata setiap hari tiga kali: aku rumah di bumi, aku rumah bala’, aku rumah cacing-cacing. Ketika seorang hamba yang mukmin memasukinya, ia berkata: selamat datang, demi Allah, aku mencintaimu, kamu berjalan di punggungku, sekarang bagaimana keadaanmu ketika memasuki perutku, kamu akan melihat semua itu.” (Al-Kafi 3: 243).
Beliau juga berkata:
“Bagi hamba yang mukmin jarak pandangnya diluaskan, diperlihatkan padanya kedudukannya di surga. Kemudian keluarlah seorang sosok makhluk yang paling baik, matanya sangat indah, ia berkata: Wahai hamba Allah, aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah darimu. Sosok makhluk berkata: aku adalah pandanganmu yang kamu gunakan pada kebaikan, aku adalah amal baikmu yang telah kamu lakukan. Kemudian seorang mukmin itu diambil dan diletakkan di surga sehingga ia melihat kedudukannya. Lalu dikatakan kepadanya: Tidurlah kamu wahai pelita hati, angin yang berbau harum, yang selalu mengalir dari pintu surga, kelezatan dan keharumannya dirasakan oleh tubuhnya hingga hari kiamat.” (Al-Kafi 3: 243).
“Bagi hamba yang mukmin jarak pandangnya diluaskan, diperlihatkan padanya kedudukannya di surga. Kemudian keluarlah seorang sosok makhluk yang paling baik, matanya sangat indah, ia berkata: Wahai hamba Allah, aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah darimu. Sosok makhluk berkata: aku adalah pandanganmu yang kamu gunakan pada kebaikan, aku adalah amal baikmu yang telah kamu lakukan. Kemudian seorang mukmin itu diambil dan diletakkan di surga sehingga ia melihat kedudukannya. Lalu dikatakan kepadanya: Tidurlah kamu wahai pelita hati, angin yang berbau harum, yang selalu mengalir dari pintu surga, kelezatan dan keharumannya dirasakan oleh tubuhnya hingga hari kiamat.” (Al-Kafi 3: 243).
Selanjutnya beliau berkata: “Ketika orang yang kafir
memasuki kuburan, kuburan itu berkata kepadanya: ‘Aku tidak suka atas
kedatanganmu. Demi Allah, aku membencimu, dahulu kamu berjalan di
punggungku, sekarang bagaimana keadaanmu ketika memasuki perutku, kamu
akan melihat segalanya’.Selanjutnya beliau berkata: ‘Kemudian ruhnya
dikumpulkan lalu dihancurkan, dan dikembalikan lagi sebagaimana semula.
Kemudian dibukakan padanya pintu menuju ke neraka sehingga ia melihat
kedudukannya di neraka’.” (Al-Kafi 3: 243).
Jika hendak membaringkan mayit di liang kuburnya,
maka hendaknya kita membaringkannya secara perlahan-lahan, karena di
alam kubur itu banyak hal yang sangat menakutkan. Bagi orang yang akan
membaringkan mayit hendaknya ia memohonkan perlindungan kepada Allah swt
dari segala yang menakutkan yang segera datang, meletakkannya di tepi
liang kubur secara perlahan-lahan agar ia tenang saat bangun dari
tidurnya, dan hadapkan ke tepi kuburnya. (Al-Faqih 1: 17).
Dalam menjelaskan hadis ini Al-Majlisi mengatakan: Walaupun ruh
berpisah dengan badannya, yang mati hanyalah ruh hewaninya, sementara
diri yang berbicara tetap hidup, tetap berhubungan dengan badan dalam
hal-hal yang universal. Ia merasakan ketakutan pada kesempitan kubur,
pertanyaan Munkar dan Nakir merupakan ujian-ujian di alam kubur, dan
ketakutan terhadap siksaan di alam Barzakh. Dan bagi yang masih hidup
hendaknya menjadi pelajaran, agar kita selalu merenungi bahwa hal itu
pasti terjadi dan pasti dialami oleh kita semua.
Yunus berkata: Aku mendengar Imam Musa Al-Kazhim (sa) menyebutkan sesuatu yang menyesakkan dadaku. Yaitu Beliau berkata:
“Jika kamu hendak membaringkan seorang mayyit, maka
hendaknya kamu membaringkannya secara perlahan-lahan, karena sebentar
lagi ia akan bangun dari tidurnya untuk menjawab pertanyaan.”
Barra’ bin Azib seorang sahabat terkenal berkata:
Ketika kami bersama Rasulullah saw, beliau melihat sekelompok rombongan.
Kemudian beliau bertanya: Ada apa mereka berkumpul? Sahabatnya
menjawab: Mereka mau menguburkan seorang mayit. Rasulullah saw terkejut
segera menghampiri kuburan itu. Kemudian saya menghadap kepada
Rasulullah saw, beliau nampak tidak seperti biasanya, beliau menangis
sampai mengucur air matanya, lalu mendatangi kami dan bersabda: “Wahai
saudara-saudaraku, persiapkan diri kalian untuk hari seperti ini.”
(Musnad Ahmad 4: 294; Al-Mustadrak 2: 465).
Barra’ bin Azib juga berkata: Pada suatu hari aku dan
Nabi saw pergi ke seorang janazah, kami ikut mengantarkan ke
kuburannya. Sesudah jenazah itu dikuburkan Rasulullah saw duduk dan kami
juga duduk mengelilingi beliau. Di atas kepala kami seolah-olah ada
burung, dan di tangan beliau seolah ada kayu gaharu yang dihentakkan ke
bumi. Kemudian beliau mengangkat kepalanya seraya bersabda: Mohonlah
perlindungan kepada Allah dari azab kubur (2 kali atau 3 kali). Kemudian
beliau bersabda: “Jika seorang mukmin akan meninggal dunia dan menuju
akhirat, para malaikat turun dari langit dengan berwajah putih bagaikan
matahari, mereka membawa kain kafan dari surga. Mereka duduk di
dekatnya, kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di dekat kepalanya,
kemudian malaikat itu berkata: Wahai jiwa yang baik pergilah kamu ke
maghfirah Allah dan ridha-Nya.
Selanjutnya Nabi saw bersabda: Kemudian ruhnya keluar mengalir
seperti mengalirnya tetesan air dari tempat air, lalu malaikat maut
memegangnya dengan sekejap mata, lalu meletakkannya di kain kafan itu.
Ruh itu keluar dari jasadnya dengan bau misik yang paling harum, lalu
meninggalkan bumi.Para malaikat
pun naik bersama ruh itu. Para malaikat yang lain bertanya: Ruh siapakah
itu? Malaikat maut dan rombongannya menjawab: Fulan bin fulan, yang
namanya paling baik, dan disebut-sebut di dunia. Ketika mereka sampai di
langit dunia, para malaikat memohon dibukakan pintu untuknya, lalu
pintu itu dibukakan untuk mereka. Setiap penghuni langit ikut
mengantarkannya sampai di langit yang ke tujuh. Kemudian Allah azza wa
jalla berfirman: “Tuliskan pada buku catatan hamba-Ku ini di Illiyyin
(di tempat orang-orang yang mulia), kemudian kembalikan ia ke bumi,
karena Aku menciptakan manusia dari bumi, ke bumi Aku kembalikan mereka,
dan dari bumi Aku keluarkan mereka untuk kesekian kalinya.”
Selanjutnya Nabi saw bersabda: “Kemudian ruhnya
dikembalikan ke jasadnya, lalu datanglah dua malaikat kepadanya, dan
bertanya: Siapakah Tuhanmu? Ia menjawab: Allah Tuhanku. Apakah agamamu?
Ia menjawab: Islam agamaku. Siapakah Nabimu? Ia menjawab: Rasulullah
saw. Apakah ilmumu? Ia menjawab: Aku membaca Al-Qur’an kemudian aku
mempercayai dan membenarkannya. Lalu terdengarlah suara dari langit:
“Jika hambaku telah menjawab dengan benar, maka hamparkan baginya
permadani dari surga, berilah pakaian dari surga, dan bukakan kepadanya
pintu menuju ke surga.” Selanjutnya Nabi saw bersabda: “Kemudian bau
harum surga mengalir kepadanya, dan kuburnya diluaskan sejauh pandangan
matanya.” (Musnad Ahmad 4: 287).
Syeikh Al-Baha’i pernah mengutip pernyataan sebagian
filosuf muslim tentang penyaksian manusia terhadap kerugian dan
penyesalan di saat kematiannya. Kemudian ditanyakan kepadanya: Bagaimana
pendapat Anda tentang hal itu? Ia berkata: aku tidak menduga bahwa
manusia akan melakukan perjalanan yang sangat jauh dan tidak akan
kembali lagi, tidak ditangguhkan dan akan tinggal di alam kubur yang
sangat sepi tanpa penghibur, dan akan dihadapkan pada Hakim Yang Maha
Adil tanpa hujjah.
Ar-Rawandi meriwayatkan bahwa Nabi Isa (sa) memanggil ibunya Maryam, setelah ibunya dikubur, dengan berkata:
Wahai ibuku, apakah engkau ingin kembali lagi ke
dunia? Ibunya menjawab: Ya, (kalau sekiranya bisa kembali) sungguh aku
akan melakukan shalat di malam-malam yang sangat dingin, dan berpuasa di
hari-hari yang sangat panas; wahai anakku, perjalanan ini sangat
menakutkan.” (Al-Mustadrak 1: 591).
Fatimah Az-Zahra’ puteri Rasulullah saw saat menjelang wafatnya berwasiat kepada suaminya Ali bin Abi Thalib (sa), ia berkata:
“Jika aku mati, hendaknya kamu yang memandikan dan
mempersiapkan aku, menshalati aku, menguburkan aku, membaringkan aku di
liang kuburku, dan yang menutupkan tanah padaku. Duduklah di dekat
wajahku dan tataplah wajahku, perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan doa,
karena hal itu adalah saat seorang mayit sangat membutuhkan penghibur
dari yang masih hidup.” (Biharul Anwar 82: 27, hadis ke 13). (syamsuri149.wordpress.com/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar