Di hari keempat belas bulan Ramadhan kita membaca:
اللَّهُمَّ لا تُؤَاخِذْنِي فِيهِ بِالْعَثَرَاتِ وَأَقِلْنِي فِيهِ مِنَ الْخَطَايَا وَ الْهَفَوَاتِ وَ لا تَجْعَلْنِي فِيهِ غَرَضا لِلْبَلايَاوَ الْآفَاتِ بِعِزَّتِكَ يَا عِزَّ الْمُسْلِمِينَ
Allahumma Laa Tuakhidzni Fiihi Bil’atsaraati wa Aqilni Fiihi Minal Khathaya Walhafawaati wa Laa Taj’alni Fiihi Gharadhan Lil Balaayaa Walaafaat Bi’aunika Yaa ‘Izzal Muslimiina
Ya Allah…
Janganlah Engkau hukum aku, karena kekeliruan yang kulakukan. Ampunilah aku dari kesalahan-kesalahan dan kebodohan. Janganlah Engkau jadikan diriku sebagai sarana bala’ dan malapetaka dengan kemuliaan-Mu. Wahai Kemuliaan kaum Muslimin.
Dalam doa hari keempat belas bulan Ramadhan ada tiga tema penting; dosa dan taubat, aman dari malapetaka ilahi dan kemuliaan di balik penghambaan. Doa hari keempat belas ini menekankan ujian ilahi.
Kehidupan yang dialami setiap orang tidak statis dan hanya satu bentuk. Terkadang manusia mengalami kesulitan dan bencana, di waktu lain merasakan ketenangan dan kesejahteraan. Tidak ada seorangpun di dunia yang hidup hanya merasakan kesulitan dan menderita, atau senantiasa senang dan gembira dalam kehidupannya. Dan yang pasti setiap kesulitan dan kegembiraan yang dirasakan seseorang tidak menjadi tanda bagi kebaikan atau keburukan orang tersebut.
Di dunia ini tidak ada seorangpun yang akan diketahui kemampuan dan derajatnya tanpa ada cobaan. Manusia akan disebut berhasil bila telah menyelesaikan ujian dengan baik. Oleh karenanya, keberadaan bencana dan ujian sangat penting untuk mengetahui derajat manusia.
Berikut ini bencana dan ujian dibagi dalam dua kelompok; individu dan sosial.
1. Individu
a. Balasan
Bencana dan ujian seperti nyamuk yang dikirim oleh Allah Swt untuk membunuh Namrud.
b. Derajat
Allah Swt berfirman, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya.” (QS. 2: 124)
2. Sosial
a. Balasan
Bencana angin topan yang dikirimkan oleh Allah kepada kaum Nabi Nuh as.
b. Derajat
Ujian yang menimpa Rasulullah Saw dan Muslimin di awal Islam di Syi’b Abi Thalib.
Bila bencana dan ujian berdampak pada peningkatan derajat manusia, maka setiap orang yang mendapat bencana ini harus bersabar dan menghadapinya dengan bertawakal kepada Allah Swt. Sebaliknya, bila bencana dan ujian itu berujud pembalasan dari Allah Swt, maka setiap orang yang mendapat bencana ini harus segera bertaubat dan meminta kepada Allah agar mengampuninya. Dalam kondisi inilah kita berkata, “Ya Allah! Ampunilah dosa-dosaku yang mendatangkan bencana.” (Doa Kumail. (Daruttaqrib/IRIB/Adrikna!/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar