Sayidah Fatimah Maksumah as lahir di kota Madinah pada tanggal 1 Dzulkaidah tahun 173 Hijriah. Dia merupakan putri dari Imam Musa as dan Najmah Khatun. Ia juga memiliki kakak yang bernama Imam Ali ar-Ridha. Sayidah Maksumah as tumbuh dewasa di tengah keluarga yang merupakan sumber ilmu pengetahuan, ketakwaan, dan keutamaan moral. Ia dikenal luas dengan sifat-sifat dominannya seperti, rajin beribadah, sosok yang bertakwa, karakter yang jujur, penyabar, pemaaf, dan suci. Berkenaan dengan kedudukan mulia wanita tersebut, Imam Ridha as berkata, “Barang siapa yang menziarahi makam Maksumah di Qom, ia sama seperti orang yang telah menziarahiku.” Kata “Maksumah” yang dipakai oleh Imam Ridha as untuk mempertegas kedudukan luhur dan ketakwaan wanita agung itu.
Sayidah Maksumah as menduduki derajat tinggi dari segi keilmuan dan keutamaan akhlak. Dikisahkan bahwa suatu hari, sekelompok pengikut Syiah tiba di Madinah untuk menemui Imam Musa as dan menanyakan persoalan-persoalan ilmiah kepada beliau. Setiba di Madinah, mereka mendengar kabar bahwa Imam Musa as tengah berada di luar kota. Mereka akhirnya menitipkan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada keluarga Imam Musa as. Mengingat Imam Musa as belum kembali dari perjalanannya, akhirnya Sayidah Maksumah as menulis jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam perjalanan pulang dari Madinah, kelompok ini bertemu dengan Imam Musa as di tengah jalan dan mereka memperlihatkan jawaban yang ditulis oleh putrinya itu kepada beliau. Imam Musa as membaca jawaban tersebut dan membenarkannya.
Sayidah Maksumah as selalu berada di sisi kakaknya, Imam Ridha as. Kasih sayang dan kesetiaan kedua sosok insan mulia ini sudah santer terdengar di tengah masyarakat. Selang satu tahun setelah Imam Ridha as dipaksa oleh Dinasti Abbasiyah untuk berhijrah ke Khurasan, Iran, Sayidah Maksumah as juga meninggalkan kota Madinah untuk menjumpai saudaranya itu. Ketika kafilah ini sampai di kota Saveh, mereka diserang oleh pasukan Makmun dan musuh-musuh Ahlul Bait as. Akibat peristiwa ini, Sayidah Maksumah as terpukul batinnya dan jatuh sakit. Atas inisiatifnya, rombongan itu kemudian diarahkan menuju kota Qom.
Tepat tanggal 23 Rabiul Awal 201 Hijriah, Sayidah Maksumah as bersama rombongannya tiba di kota Qom. Para tokoh dan ulama Qom menyambut rombongan keluarga Nabi Saw ini. Wanita suci ini tak lebih dari 17 hari hidup di Qom, ia akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 10 Rabiul Akhir dan dimakamkan di kota tersebut.
Sayidah Maksumah as adalah satu-satunya wanita mulia – setelah Fatimah az-Zahra as – yang memiliki panduan doa ziarah khusus untuk beliau dari Imam Ridha as. Dia juga wanita yang bisa memberi banyak syafaat di hari kiamat setelah putri Rasulullah Saw. Imam Jakfar Shadiq as dalam sebuah ucapannya membenarkan masalah tersebut. Dikisahkan bahwa seorang ulama besar, Ayatullah al-Udzma Sayid Mahmoud Marashi Najafi sangat tertarik untuk mengetahui keberadaan kuburan Sayidah Fatimah az-Zahra as. Setelah melakukan banyak usaha dan ibadah, beliau bermimpi bertemu Imam Shadiq as. Imam berkata kepadanya, “Bertawasullah kepada Karimah (wanita dermawan) Ahlul Bait.”
Ayatullah Najafi mengira bahwa yang dimaksud dengan Karimah Ahlul Bait adalah Fatimah az-Zahra as. Akan tetapi, Imam Shadiq as berkata, “Yang aku maksud adalah makam Sayidah Maksumah di Qom. Tuhan karena beberapa maslahat, ingin menyembunyikan kuburan Fatimah az-Zahra untuk selamanya. Oleh sebab itu, makam Sayidah Maksumah dijadikan sebagai tempat perwujudan kuburan Fatimah az-Zahra. Tuhan Yang Maha Kuasa telah mencurahkan semua hal yang ditetapkan untuk kuburan mulia (Fatimah az-Zahra) kepada makam Sayidah Maksumah.” Setelah melihat mimpi indah itu, Ayatullah Najafi akhirnya berangkat ke Qom untuk menziarahi makam Sayidah Maksumah dan menetap di sana agar selalu bisa dekat dengan wanita suci ini.
Para imam maksum as dalam banyak riwayat, mendorong masyarakat untuk berziarah ke makam Sayidah Maksumah. Imam Shadiq as berkata, “Ketika engkau tertimpa musibah dan kesulitan, maka beruntunglah mereka yang datang ke Qom, di sana terdapat tempat pelindung bagi para pecinta Fatimah Zahra dan tempat berteduh bagi orang-orang mukmin.” Dari Imam Muhammad Taqi al-Jawad disebutkan, “Barang siapa yang menziarahi bibiku di Qom, surga wajib atasnya.” Oleh karena itu, makam Sayidah Maksumah as sampai sekarang masih dipadati oleh ribuan bahkan jutaan peziarah dari segala penjuru dunia. Keberadaan singkat Sayidah Maksumah as di Qom telah mendatangkan berkah yang luar biasa.
Berkat keberadaan Sayidah Maksumah as di Qom telah berdiri pusat kota ilmu pendidikan agama atau hauzah. Kini, kota itu menjadi salah satu pusat pendidikan agama terbesar di dunia. Aura spritual yang dipancarkan makam suci Sayidah Maksumah as memberikan pencerahan intelektual bagi para ulama. Kota Qom telah melahirkan banyak ulama besar seperti, Mulla Sadra, seorang filosof besar muslim dan Imam Khomeini ra, pencetus Revolusi Islam Iran.
Kota Qom telah menjadi pusat pendidikan dunia Syiah. Sekarang, Hauzah Ilmiah Qom telah menjadi sebuah pusat ilmiah, budaya, dan riset di dunia. Para pelajar dari berbagai negara dunia sibuk dengan kegiatan-kegiatan ilmiah dan budaya di pusat-pusat pendidikan yang tersebar di kota Qom. Al-Mustafa International University merupakan salah satu sentral pendidikan terbesar di Qom, yang aktif di bidang pendidikan, pelatihan, penelitian, budaya, dan penyebaran Islam di seluruh dunia.
Affan Bashiri menuturkan bahwa Imam Shadiq as bertanya kepadanya, “Apakah engkau tahu mengapa Qom disebut dengan nama ini?” Ia menjawab, “Allah, Rasul-Nya dan engkau lebih mengetahuinya.” Beliau berkata, “Karena penduduk kota Qom akan berkumpul di sekitar Imam Mahdi as dan tinggal bersamanya lalu menolongnya.” Berbagai riwayat menunjukkan peranan penting kota Qom dalam menciptakan perubahan pola pikir umat manusia sedunia di akhir jaman kelak. Imam Shadiq as berkata, “Sesungguhnya Allah memiliki tanah suci (haram), yaitu Mekkah. Rasul juga memilikinya yaitu Madinah. Kufah adalah haram Imam Ali. Sedangkan tanah suci kami (Ahlul Bait) adalah Qom. Tak lama lagi, salah satu wanita dari keturunan kami yang bernama Fatimah akan dimakamkan di sana. Barang siapa menziarahinya (dengan pengetahuan dan kecintaan), maka surga wajib untuknya.”
Di kota suci ini, benih-benih Revolusi Islam juga disemai oleh Imam Khomeini ra. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, “Kota suci Qom adalah harga diri dan kehormatan Republik Islam Iran. Sebab, kota ini adalah pusat revolusi dan ulama sekaligus tempat keberadaan hauzah ilmiah terbesar dan para figur keilmuan dan keagamaan.” Beliau menyebut Qom sebagai kota ilmu, jihad, dan kepekaan hati. Ayatullah Khamenei menambahkan, “Sebagaimana sepanjang sejarah, Qom senantiasa menjadi pusat pengetahuan Ahlul Bait as, di masa kini juga menjadi sumber mata air pengetahuan Islami dan Ilahi yang paling unggul. Berkat perjuangan dan kepekaan hati para ulama besarnya, Qom telah memberikan manfaat kepada dunia Islam baik Timur maupun Barat.”
Berkenaan dengan keistimewaan kota Qom dalam percaturan global, Ayatullah Khamenei mengatakan, “Keberadaan hauzah ilmiah terbesar dunia Islam dan pusat ziarah dan spiritual merupakan kapasitas besar nasional dan internasional kota Qom.” (DarutTaqrib/Irib/Reza/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar