SELAMAT DATANG DI AHLUL BAIT NABI SAW

AHLUL BAIT NABI SAW: Media Agama Dan Hati Umat Islam * Media Persatuan dan Kesatuan Sunni Dan Syiah


Oleh: Dr. Mohammad Hasan Tabariyan

Tidak diragukan lagi, orang yang mengisi kehidupannya dengan selalu memberi dan pemberiannya tetap berbuah setelah kepergiannya adalah orang yang diberkati. Sayyid Jamaluddin Asad Abadi (al-Afghani) adalah bukti nyata orang semacam itu. Dia memiliki banyak aspek kepribadian yang unik dan berbagai dimensi kedermawanan.

Sayyid Jamaluddin berbeda karena metode berpikirnya yang khas. Mengamati dengan cermat kehidupannya yang penuh dengan berbagai karya reformasi dan pencerahan mungkin bisa memperlihatkan kepada kita berbagai karakteristik metode ilmiahnya, perjuangan politiknya, dan pemikiran islaminya yang kreatif.

Di sini kami bukan bermaksud menampilkan fase-fase kehidupan seorang tokoh yang dikenal oleh generasi semasanya sebagai tokoh revolusi, reformis agama, dan pelopor kebangkitan dan kesadaran Islam, terutama karena kita telah banyak mendengar biografi tokoh revolusioner dan pembaharu yang melawan kolonialisme, memecahkan belenggu kejumudan dan tirani ini, tokoh yang menyerukan persatuan Islam yang komprehensif dan bertahan melawan filsafat Barat dan orientasi sekularisme mereka. Kami akan mengesampingkan kontroversi dan kesimpangsiuran seputar asal-usul dan kewarganegaraannya, karena saya percaya bahwa Sayyid Jamaluddin, entah dia bangsa Iran, Afghanistan atau menurut sementara peneliti dia adalah bangsa Arab—pendapat terakhir ini keliru dan tidak benar—adalah salah satu pahlawan Islam terbaik dan pelopor para pembaru pemikiran Islam di era modern. Cukupkah identitas dan afiliasinya dihubungkan kepada Islam.

Jamaluddin al-Afghani hidup dan memperjuangkan reformasi pada era dimana materialisme sekularismenerobos benteng pertahanan kita. Pada saat itu banyak orang yang silau dengan kilau materialisme Barat; selama pemikiran Islam di dunia Islam diserang sedemikian sengit.

Dalam artikel singkat ini, kami akan membatasi untuk mengindeks beberapa ide Sayyid Jamaluddin dan berbagai dimensinya yang multifaset. Setiap aspek itu semestinya dibahas dalam kajian tersendiri secara memadai. Secara singkat saya akan fokus pada ide paling penting yang seluruh kehidupannya dihabiskan untuk memikirkan ide tersebut, yaitu masalah persatuan Islam dan perlunya umat Islam untuk bersatu.

Landmark paling penting dari pemikiran Jamaluddin adalah sebagai berikut:
1. Berpegang pada prinsip-prinsip Islam dan berusaha untuk merealisasikan persatuan Islam;
2. Berjuang untuk membebaskan masyarakat Islam.
3. Menekankan pada dakwah dan tablig untuk merealisasikan kebangkitan Islam.
4. Memerangi ateisme dan musuh-musuh Islam.
5. Memperhatikan urusan umat Islam.
6. Fokus pada jihad sebagai keharusan Islam.
7. Meluruskan konsep-konsep Islam dan menyanjung esensi Islam.
8. Memulihkan kepercayaan terhadap budaya Islam dan tujuan sucinya.
9. Menyeru kaum muda untuk mematuhi nilai-nilai agama mereka.
10. Mengingatkan umat Islam tentang perang pemikiran yang merangseg masuk ke dalam dunia Islam selama umatnya lalai.
11. Menyingkap kedok dari tujuan para penjajah dan mendeteksi musuh Islam.
12. Memobilisasi dan mempersiapkan umat Islam secara rohani dan membangkitkan emosi keagamaan mereka untuk melawan penjajah.
13. Menyerukan upaya terpadu untuk menghidupkan kembali dunia Islam, mengokohkan pilar-pilarnya, dan melenyapkan faktor-faktor pemicu perpecahan dan diaspora.
14. Mendesak para ulama dan cendekiawan untuk melawan kolonialisme dan serangan sengitnya.
15. Perlunya mengajukan gagasan Islam untuk melawan dalam bidang politik dan administrasi.
16. Menyadarkan umat Islam terhadap urusan agama mereka, menyeru mereka agar berpegang teguh kepada prinsip-prinsipnya yang bersifat kebangsaan dan mengikuti ajaran-ajarannya yang bijaksana.
17. Memerangi materialisme sekularis dan materialisme Barat.

Persatuan Islam dan Perlunya Umat Islam Bersatu
Mungkin hal yang paling layak dikupas dari pemikiran Sayyid Jamaluddin adalah kristalisasi masalah persatuan Islam dan perlunya umat Islam bersatu. Masalah ini merupakan salah satu ide paling penting yang menyita seluruh kehidupannya untuk memikirkannya. Sayyid Jamaluddin yakin bahwa persaudaraan dan persatuan umat Islam adalah dua cara menuju kesuksesan dan satu-satunya jalan untuk melawan kolonialisme dan mengalahkan konspirasi musuh-musuh Islam, meskipun mazhab dan kecenderungan umat berbeda-beda. Dalam setiap pidato, tulisan, dan kuliahnya, Sayyid Jamaluddin senantiasa menyerukan persatuan Islam, di mana pun dan ke mana pun dia pergi, ketika dia pindah dari Iran ke Afghanistan, ke India, ke Mesir, ke Konstantinopel, ke Hijaz, ke Irak, ke Rusia, ke Paris dan ke London.

Persatuan dan kesatuan Islam merupakan poros pemikiran Sayyid Jamaluddin. Itulah satu-satunya solusi bagi berbagai masalah dan penderitaan umat Islam, dalam bidang sosial, politik, maupun ekonomi. Poros inilah yang dia tuliskan dan bicarakan di berbagai komunitas ilmiah dan koran sejak dia berupaya membuka mata umat Islam terhadap urusan agama mereka yang benar. Dia menyeru mereka agar berpegang teguh kepada prinsip-prinsipnya yang bersifat kebangsaan Islam dan mengikuti ajaran-ajarannya yang bijaksana. Dia menegaskan bahwa berpegang teguh kepada prinsip-prinsip agama diperlukan bagi kehidupan manusia dan merupakan tuntutan bagi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Dia berupaya menghubungkan antara sejarah dan hukum Islam, seraya mengambil fikih yang bisa dijadikan dalil bagi sejarah, dan membahas isu-isu yang dipercaya akan senantiasa diperlukan hingga saat ini, semisal persatuan umat Islam.

Medan Jihad dan Perjuangan Membebaskan Orang-Orang Islam
Selama berjihad di jalan Allah, Sayyid Jamaluddin tidak takut terhadap cemoohan orang. Dia terus berjihad dan berjuang melawan kolonialisme, menjelaskan isu-isu keislaman dalam setiap khotbah, sambutan, dan ceramahnya, sehingga setiap perjuangannya meraih kesuksesan, dimulai dari Iran dengan matinya Nasiruddin Shah oleh Mirza Reza Kermani, meraih kesuksesan di India di tangan Abu Kalam Azadi dan Iqbal, dan kesuksesan di Mesir di tangan Saad Zaghloul. Dia juga meninggalkan jejaknya yang nyata dalam gerakan Islam secara keseluruhan di Turki dan Afghanistan.

Keteguhan Sayyid Jamaluddin dalam Menghadapi Para Filsuf Barat yang Sekuler, semisal Voltaire[1] dan Rousseau[2]
Sayyid Jamaluddin mengatakan, “… mereka mengklaim bahwa etika ilahi adalah ilusi dan takhayul. Mereka juga mengklaim bahwa agama adalah penemuan yang dibuat oleh manusia yang kurang akal. Mereka lantang menyangkal ketuhanan dan meneriakkan cercaan kepada para nabi. Kebatilan-kebatilan ini mengambil sumbernya dari spirit orang-orang Prancis. Mereka membuang agama Kristen dan membuka gerbang hukum alam untuk diri mereka. Napoleon I telah berupaya mengembalikan agama Kristen kepada rakyat untuk memperbaiki kondisinya, tapi dia tidak bisa menghapus efek kesesatan tersebut.”[3]

Orang-orang yang Mengekor kepada Asing
Sayyid Jamaluddin sangat mengecam para pengekor dan orang-orang yang kebarat-baratan. Diamengatakan, “Ketika metode asing merambah suatu bangsa, Anda akan melihat para pengekor di tengah-tengah bangsa itu adalah orang yang pertama kali menerima kehadiran orang-orang asing dan menawarkan diri untuk melayani mereka. Seolah-olah para pengekor itu adalah bagian dari orang-orang asing itu. Mereka menganggap dominasi asing atas negara mereka sebagai keberkahan terbesar bagi mereka….”[4]
Dalam menyikapi para pengekor dan menyanggah filosofi mereka, Sayyid Jamaluddin menegaskan bahwa:
1. Agama adalah satu-satunya jaminan kebahagiaan manusia;
2. Pemikiran Islam yang otentik adalah satu-satunya cara untuk mereformasi budaya, menyadarkan anak bangsa, membangkitkan mereka ke tempat yang benar, dan menanamkan prinsip-prinsip agama yang benar ke dalam pikiran mereka.
Pemikiran Sayyid Jamaluddin dianggap aneh oleh orang-orang yang menutup diri terhadap Islam tapi membuka diri terhadap ide-ide lain. Sayyid Jamaluddin mengatakan, “Prinsip-prinsip agama yang benar menumbuhkan kekuatan persatuan dan semangat berkoalisi di dalam diri umat. Umat menjadi lebih mengutamakan kemuliaan daripada kenikmatan hidup. Kekuatan tersebut mendorong mereka meraih keutamaan….” Dia melanjutkan pernyataannya, seraya mengatakan, “Perhatikanlah sejarah bangsa Arab dan kebiadabannya sebelum Islam. Islam hadir menyatukan dan menguatkannya. Islam mencerahkan akalnya, meluruskan akhlaknya, dan membetulkan hukum-hukumnya sehingga bangsa Arab tampil sebagai pemimpin dunia.”[5]

Itulah sekilas karakteristik pemikiran Sayyid Jamaluddin dan cita-citanya yang mulia. Dialah tokoh besar, politisi dan filsuf ulung, pemikir jempolan karena kualifikasinya dalam bidang pemikiran, sosial, dan politik. Orang yang paling mengenal dan paling dekat dengannya, yaitu Syaikh Muhammad Abduh, mengatakan tentangnya, “Jika aku katakan bahwa kekuatan pikiran, keluasan intelegensi, dan kekuatan visi yang dianugerahkan Allah adalah puncak anugerah yang Dia berikan kepada selain para nabi, jelas aku tidak berlebih-lebihan. Seolah-olah anugerah itu merupakan fakta umum yang menyingkap sesuatu yang menyelaraskan dalam setiap pikiran atau kekuatan spiritual yang ada dalam setiap pandangan dengan format yang dibentuknya. Darinya (Jamaluddin al-Afghani) aku mendapatkan hikmah yang membuatku bisa membolak-balikkan hati-hati manusia dan mendewasakan akal mereka… Dia memberiku kehidupan yang menjadikanku bisa berbagi dengan Muhammad, Ibrahim, para wali, dan orang-orang suci.”[6]

Kami memohon kepada Allah Swt agar kita dijadikan sebagai orang-orang yang berpegang teguh kepada ajaran agama. Mudah-mudahan Allah mendamaikan hati kita, menyatukan barisan kita untuk membela kebenaran, memperkokoh persatuan kita, mengubah kelemahan kita menjadi kekuatan, dan perpecahan kita menjadi persatuan berkat Islam yang agung dan menyelamatkan. Semoga Allah Swt menolong kita agar tahan memikul tanggung jawab, menggenggam tangan kita untuk menyelamatkan manusia dan membawanya menuju iman, kebaikan dan keutamaan serta merealisasikan firman-Nya, “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…. [7][]


[1] Voltaire (Francois-Marie Arouet, 1694—1778 M) lahir di Paris, penulis dan pemimpin gerakan filsafat materialis. Dia melawan pemimpin otoritas keagamaan dan pemimpin sipil, mengkritik mereka dengan penanya yang tajam, menulis puisi, sejarah, teater, dan filsafat. Sebagian besar karyanya dikerjakan dengan baik. Salah satu karyanya adalah Dictionnaire philosophique.
[2] Rousseau (JeanJacques, 1712-1778 M.), lahir di Jenewa, penulis Perancis, menulis tentang filsafat dan sosial. Dengan tulisannya dia menyerukan kebaikan manusia dan kembali ke alam. Salah satu karyanya adalah The Social Contract.
[3] Jamaluddin al-Afghani, al-A‘mal al-Kamilah, diverifikasi oleh Muhammad ‘Imaraha (Kairo, 1968), hal. 177.
[4] Ibid.
[5] Ibid., hal. 197-199.
[6] Muhammad ‘Abduh, al-A‘mal al-Kamilah, diverifikasi oleh Muhammad ‘Imarah (Kairo, 1992), jilid 2, hal. 226.
[7] QS. Ali ‘Imran [3]: 110.
(taqrib.info/hauzahmaya.com/ABNS)

0 komentar:

 
AHLUL BAIT NABI SAW - DOA, BUKU, KHASANAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by AHLUL BAIT NABI SAW
Top