Sejarah Berdirinya Negara Israel
Penelusuran sejarah berdirinya negara Israel
merupakan sebuah penelusuran panjang yang bisa ditelaah hingga jauh ke
belakang, tepatnya di abad ke-3 yang pada masa itu dipenuhi oleh umat
Yahudi. Setelah abad ke-3 berlalu, masyarakatnya mulai berpaling pada
agama Kristen, dan kemudian berubah lagi menjadi mayoritas Islam setelah
pendudukan di abad ke-7 hingga pertengahan abad ke-20. Pendirian negara
Israel sendiri baru terjadi menyusul pembunuhan besar-besaran umat
Yahudi di Eropa, yang mendorong berdirinya gerakan Zionis. Pendirian
negara baru ini ditandai dengan migrasi masif dari umat Yahudi baik itu
di Eropa maupun negara Islam lainnya menuju Israel, dimana kini 42%
jumlah Yahudi seluruh dunia tinggal di Israel.
Sebelum tertulis sejarah berdirinya negara Israel, Bible milik kaum Yahudi telah menjabarkan perang terus menerus antara para Yahudi dengan berbagai macam suku lainnya, termasuk Palestina yang memiliki ibukota bernama Gaza. Bible ini menuliskan bahwa Raja David mendirikan sebuah dinasti raja-raja dimana anaknya, Solomon, membangun sebuah bait Allah. Meski begitu, ekskavasi oleh Yigael Yadin di Hazor, Megiddo, Beit Shean, dan Gezer menghasilkan penemuan berupa struktur yang ia dan teman-temannya perkirakaan dibangun pada masa Solomon.
Pada tahun 586 sebelum masehi, raja Nebuchadnezzar II dari Babilonia berhasil menundukkan Judah. Menurut Bible Yahudi, raja tersebut juga menghancurkan Bait Allah buatan Solomon serta membuang kaum Yahudi ke Babilonia. Kekalahan ini juga tercatat dalam sejarah Babilonia. Pembuangan kaum Yahudi ini, menurut catatan Babilonia dan Bible dikarenakan raja Judea, Jeholakim, berpindah aliansi antara ke Mesir dari Babilonia. Invasi yang dilakukan oleh Babilonia sendiri merupakan hukuman karena beraliansi dengan wilayah saingan Babilonia.
Sejarah berdirinya negara Israel berlanjut ketika pada tahun 538 sebelum masehi, Cyrus dari Persia menaklukkan Babilonia dan mengambil alih kerajaannya. Kemenangan Cyrus ini dirayakan dengan pembebasan sekitar 50000 masyarakat Judea yang dipimpin oleh Zerubabel. Setelah kembali ke Judah, para masyarakat Judea ini kembali membangun ulang bait Allah yang sebelumnya dihancurkan oleh Nebuchadnezzar II. Pada tahun 333 sebelum masehi, Alexander mengalahkan Persia dan kembali mengambil daerah ini. Beberapa waktu berlalu dan terjemahan Bible Yahudi pertama kali yang disebut Septuagint, dimulai di Alexandria. Setelah Alexander wafat, Judah masuk ke dalam bagian kerajaan Seleucid di tahun 198 sebelum masehi. Judaisme hampir lenyap ketiga pada abad ke-2 ini, Antiochus IV Epiphanes mencoba menghilangkan seluruh hal yang berkaitan dengan Judaisme demi agama Hellenistik. Hal ini memicu revolusi Maccabean yang dipimpin oleh Judas Maccabeus pada tahun 174 hingga 135 sebelum masehi. Kemenangan pihak Yahudi ini kemudian diselenggarakan tahunan sebagai festival Hanukkah.
Pada tahun 125 sebelum masehi, raja Hasmonea, John Hyrcanus ditundukkan Edom, yang secara paksa menganutkan populasi daerah tersebut menjadi Judaisme. Pada tahun 64 sebelum masehi, jendral Romawi, Pompey, berhasil menundukkan Syria dan mengintervensi perang sipil di Jerusalem. Di tahun 47 sebelum masehi, 3000 tentara Yahudi yang dikirim oleh raja Hyrcanus II dan dikomandoi oleh Antipater berhasil menyelamatkan hidup Julius Caesar dan Cleopatra.
Judea pada tahun 6 dijadikan salah satu provinsi di Roma. Pada dekade berikutnya, meskipun Judea menjadi daerah yang makmur, terjadi kesenjangan sosial dengan tensi yang terus berkembang antara masyarakat Greco-Roma dengan Judea. Pada tahun 64, Joshua ben Gamla yang saat itu menjadi pendeta tinggi, memperkenalkan sebuah kewajiban baru bagi masyarakat Yahudi laki-laki dimana mereka harus belajar membaca pada umur 6 tahun. Pada tahun 66, warga Yahudi di Judea melakukan revolusi terhadap Roma, dan menjadi tonggak sejarah berdirinya negara Israel, mengingat saat itu adalah pertama kalinya mereka menggunakan nama “Israel” sebagai nama daerah mereka.
Daerah Israel menjadi bagian dari Kerajaan Romawi Timur (Byzantine) karena pecahnya kerajaan Romawi di tahun 390. Kekristenan Byzantine di masa itu didominasi oleh gereja ortodoks. Pada tahun 611, kerajaan Sasanian melakukan invasi terhadap kerajaan Byzantine, dan akhirnya Jerusalem diambil alih oleh Khosrau II pada tahun 614. Kemenangan yang dibantu oleh masyarakat Yahudi ini membuat kerajaan Sasania memberikan kewenangan pada masyarakat Yahudi untuk memerintah Jerusalem. Pada tahun 617, Persia menyerah dan Jerusalem kembali jatuh ke tangan kerajaan Byzantine, yang mengumbar janji manis untuk mengembalikan hak-hak milik orang Yahudi yang kemudian ia ingkari setelah jatuhnya Palestina Prima dan segera, kerajaan Byzantine mengisukan larangan terhadap Judaisme di kerajaannya.
Pada tahun 1099, perang salib pertama berhasil mengambil alih Jerusalem dan akhirnya didirikan kerajaan Katolik bernama Kerajaan Jerusalem. Dalam penaklukan ini, baik Muslim dan Yahudi menerima diskriminasi dengan cara genosida atau dijual sebagai budak. Pembunuhan warga Yahudi ini dimulai saat perang salib bergerak di sekitar Eropa. Pada tahun 1291, crusader terakhir diambil nyawanya oleh Baibar pada tahun 1291 dan mengakhiri perang salib.
Sejarah berdirinya negara Israel mencapai puncaknya setelah melewati berbagai macam pemerintahan dan cobaan yang di antaranya adalah masa pemerintahan Ottoman pada tahun 1517 hingga tahun 1920, pembunuhan di Eropa Timur pada abad ke-19, revolusi arab pada tahun 1936 hingga 1939, dan Holocaust oleh Nazi Jerman selama masa Perang Dunia II. Pada 14 Mei 1948, akhirnya Jewish People’s Council berkumpul di Museum Tel Aviv dan memproklamasikan berdirinya sebuah negara Yahudi di daerah Eretz Israel yang bernama State of Israel.
=================
Jawab: Ya, bagian kecil dari tubuh negara Palestina adalah pelabuhan yang merupakan pusat militer negara-negara besar Inggris, Prancis, dan Amerika. Di sanalah negara hina bernama Israel berkuasa dan selama ini Israel selalu berusaha untuk memperkuat diri dan tidak mau membiarkan negara-negara Islam bersatu melawannya.
Pandangan yang keliru ini, yakni mengira bahwa negara Yahudi adalah negara yang berdiri sendiri dan termasuk salah satu negara yang maju serta berlawanan dengan kandungan riwayat yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak akan memiliki negara yang dapat berdiri sendiri, adalah hasil jerih payah usaha para politikus untuk membuat masyarakat dunia berpandangan buruk terhadap agama Islam. Sebenarnya berdirinya negara Israel tidak berkaitan dengan riwayat-riwayat Islami sehingga kita bisa menyebutnya sebagai riwayat yang dibuat-buat; akan tetapi berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Lagi pula Al-Qur’an tidak menjelaskan permasalahan ini sebagaimana yang telah anda jelaskan.
Setelah menyebutkan segala kejahatan orang-orang Yahudi dan kezaliman, penghianatan dan penipuan mereka terhadap Islam dan para pemeluknya, dan setelah memerintahkan umat Islam untuk selalu bersatu dan menjaga ajaran-ajaran agama Islam serta tidak bekerja sama dengan para musuh Islam dan menuruti mereka, Allah Swt berfirman:
“Orang-orang Yahudi telah mendapat murka dari Tuhan dan sampai kapanpun mereka telah ditakdirkan untuk menjadi bangsa yang hina dan tidak akan pernah melakukan perbuatan apapun terhadap umat Islam kecuali dengan bantuan dari orang lain dan dari Allah Swt.”[1]
Dalam ayat yang lain, bantuan dari manusia (baca: orang lain) dan Allah Swt tersebut dijelaskan seperti ini:
“Janganlah kalian bekerja sama dengan orang-orang Yahudi dan janganlah kalian turuti mereka. Dan barang siapa diantara kalian yang menuruti mereka, maka mereka termasuk dari golongan orang-orang Yahudi. Sesungguhnya Allah Swt tidak memberi petunjuk kepada orang-oran yang zalim.”[2]
“Hari ini orang-orang yang kafir telah putus asa dari agama kalian. Maka janganlah kalian takut kepada mereka; tapi takutilah aku…”[3]
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ayat-ayat diatas, sebenarnya Tuhan menjanjikan kehancuran orang-orang Yahudi kepada umat Islam jika mereka semua saling bersatu dalam menegakkan hukum-hukum Tuhan. Dengan demikian, keberadaan negara-negara yang hanya memiliki nama Islam saja tidak ada gunanya sama sekali. Ayat-ayat di atas seakan-akan menerangkan bahwa pada suatu hari umat Islam akan bekerja sama dengan musuh-musuh Islam dan menuruti kemauan mereka. Dan jika hal ini terjadi, maka kemenangan yang telah dijanjikan oleh Allah Swt tidak akan terwujud. Dengan demikian kemenangan dan kekuasaan akan menjadi milik para musuh Islam.
Adapun keberadaan hadis dan riwayat yang dibuat-buat, bisa jadi memang ada dalam kitab-kitab hadis kita. Umat Islam memahami hal ini dengan baik dan tidak perlu saya bawakan beberapa contoh adanya hadis-hadis palsu. Sejarah telah mencatat bahwa beberapa orang Yahudi dan orang-orang munafik pernah hidup sebagai musuh dalam selimut di masa-masa awal perkembangan dakwah Islam. Sering kali mereka menciptakan riwayat dan hadis-hadis palsu. Oleh karena itu, para ulama tidak bersedia untuk menerima hadis dan riwayat dengan tergesa-gesa; sebelum menerima, mereka berusaha keras untuk menentukan benar dan tidaknya riwayat tersebut. Mengenai hal ini Rasulullah Saw sendiri pernah bersabda:
“Sepeninggalku akan ada orang-orang yang membawakan banyak riwayat palsu. Selama kalian mendengar riwayat yang kandungannya sesuai denga Al-Qur’an, maka terimalah; dan jika tidak, maka tolaklah.”[4]
Referensi:
[1] QS. Al Imran: 112.
[1] QS. Al Imran: 112.
[2] QS. Al-Maidah: 51.
[3] QS. Al-Maidah: 3.
[4] Majma’ul Bayan fi Tafsir Al -Qur’an: jil. 1; hal. 13.(portalsejarah.com/http://hauzahmaya.com/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar