Dalam kajian-kajian irfan sering dijelaskan bahwa manusia terkadang dihijabi, alias dihalangi antara ia dengan Tuhan-nya. Sehingga dengan adanya hijab itu ia tidak menyadari yang sebenarnya, yang membuatnya jauh dari Tuhannya.
Hijab-hijab dan penghalang tersebut mereka bagi menjadi dua: hijab kegelapan dan hijab cahaya.
Kegelapan adalah kebatilan, dan segala hal yang negatif. Sedang cahaya ibaratnya adalah segala hal yang baik, yang bersifat positif.
Misalnya, seorang pendosa, antara ia dan Tuhannya terdapat hijab-hijab kegelapan, yaitu dosa-dosanya sendiri. Hijab itulah yang membuatnya jauh dari Tuhan. Semakin banyak dosa yang ia lakukan, hijab, penghalang, dan jarak antara ia dengan Tuhannya semakin jauh. Untuk menyibak hijab-hijab tersebut, ia harus bertaubat sehinga dengan demikian ia dapat mendekatkan diri dengan Tuhan.
Tentang hijab cahaya, seperti ini: seorang yang sudah terbiasa dengan beribadah seperti shalat tahajud, puasa, dzikir, dan lain sebagainya, terkadang juga tidak lolos dari gangguan setan yang ingin menjauhkannya dari Tuhan. Setan menggunakan kebaikan-kebaikan yang ia lakukan sebagai hijab dan penghalang antara ia dengan Tuhannya.
Misalnya, kadang, orang yang terbiasa tahajud, kebiasaan tahajud itu dapat menjadi penghalang antara ia dengan Tuhannya, yang justru dapat menjauhkannya dari Tuhan. Karena setan membisikkan kepadanya dengan berkata: “Tidak ada yang lebih baik darimu, karena kamu selalu shalat tahajud, sedangkan orang lain tertidur.” Bisikan-bisikan tersebut membuatnya lalai, sehingga shalat tahajudnya menjadi hijab dan penghalang antara ia dengan Allah swt.
Pengaruhnya, ia merasa sombong di dalam hatinya, dan mengira bahwa ia adalah yang terbaik. Inilah hijab cahaya.
Jadi, baik hamba yang pendosa, maupun hamba yang bertakwa, keduanya selalu berada dalam ancaman gangguan setan dengan berbagai senjata ampuh!
Oleh karenanya, kita harus berhati-hati. (hauzahmaya.com/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar