Dalam kitab Manazilul Akhirah, stasiun-stasiun
perjalanan Akhirat, disebutkan bahwa sakratul maut adalah stasiun yang
pertama, dan alam kubur adalah stasiun yang kedua. Di alam kubur
terdapat tiga terjal yang harus dilalui oleh manusia dalam perjalanannya
menuju alam akhirat, yaitu: Kesepian di alam kubur, siksaan dan
himpitan kubur, dan ketiga adalah pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.
Dan ini adalah bagian yang terakhir dari jalan-jalan terjal yang harus
dihadapi oleh manusia. Selanjuntnya manusia akan memasuki stasiun yang
ketiga yaitu alam Barzakh.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang mengingkari tiga hal, ia bukan pengikutku: mi`raj Nabi saw, pertanyaan di alam kubur, dan syafaat.” (Biharul Anwar 6: 222, hadis ke 23).
“Barangsiapa yang mengingkari tiga hal, ia bukan pengikutku: mi`raj Nabi saw, pertanyaan di alam kubur, dan syafaat.” (Biharul Anwar 6: 222, hadis ke 23).
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pasti akan
datang pada seorang mayit dua malaikat yang menakutkan, suaranya seperti
halilintar, pandangan matanya seperti kilat petir yang menyambar.
Mereka akan bertanya kepada sang mayit: Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu, dan
apa agamamu? Mereka juga akan menanyakan tentang wilayah dan
imamah,yakni kepada siapa ia berwilayah dan berimam.
Pertanyaan-pertanyaan itu akan sangat sulit dijawab
oleh seorang mayit, dan untuk menjawabnya ia butuh pertolongan. (Al-
Al-Bihar 6: 215).
Dua malaikat Munkar dan Nakir menanyakan mayit dalam dua keadaan:
Pertama: Ketika mayit dibaringkan di kubur.
Yang utama saat membaringkan mayit, tangan kanan ditelakkan pada bahu kanan, dan tangan kirinya pada bahu kiri.
Kedua: Sesudah mayit dikuburkan.
Disunnahkan bagi walinya atau keluarga terdekatnya sesudah para pengantar meninggalkan kuburnya, mereka duduk di dekat kepalanya dan mentalqin dengan suara yang agak keras, meletakkan kedua tangannya ke kuburnya, dan mendekatkan mulutnya ke kuburnya. (Al-Faqih 1: 108).
Disunnahkan bagi walinya atau keluarga terdekatnya sesudah para pengantar meninggalkan kuburnya, mereka duduk di dekat kepalanya dan mentalqin dengan suara yang agak keras, meletakkan kedua tangannya ke kuburnya, dan mendekatkan mulutnya ke kuburnya. (Al-Faqih 1: 108).
Hal ini juga dapat diwakilkan kepada orang lain.
Dalam suatu riwayat dikatakan: Jika talqin itu
dibacakan kepada sang mayit, malaikat Munkar dan Nakir berkata: telah
selesailah tugas kami, karena telah ditalqinkan padanya hujjahnya
(jawabannya). (Al-Faqih 1: 173).
Ketika putera Abu Dzar yaitu Dzar meninggal, Abu Zar
duduk di atas kuburnya, kemudian ia mengusapkan tangannya ke kuburnya,
lalu ia berkata:
“Semoga Allah menyangimu wahai Dzar. Demi Allah, jika kamu termasuk anak yang berbakti kepadaku, engkau telah dipanggil oleh Tuhanmu dan aku ridha padamu. Demi Allah, aku ridha atas kepergianmu dan ridha kepada Yang Memanggilmu, aku tidak mengharap hajatku kepada selain Allah; kalau sekiranya datang kepadamu hal yang menakutkan, aku bahagia sekiranya Allah menggantikan keadaanmu padaku. Aku sedih kalau engkau memperoleh kesedihan. Demi Allah, aku tidak menangisi kepergianmu, tetapi aku menangisi apa yang akan terjadi padamu. Aduhai apa yang telah kukatakan?
“Semoga Allah menyangimu wahai Dzar. Demi Allah, jika kamu termasuk anak yang berbakti kepadaku, engkau telah dipanggil oleh Tuhanmu dan aku ridha padamu. Demi Allah, aku ridha atas kepergianmu dan ridha kepada Yang Memanggilmu, aku tidak mengharap hajatku kepada selain Allah; kalau sekiranya datang kepadamu hal yang menakutkan, aku bahagia sekiranya Allah menggantikan keadaanmu padaku. Aku sedih kalau engkau memperoleh kesedihan. Demi Allah, aku tidak menangisi kepergianmu, tetapi aku menangisi apa yang akan terjadi padamu. Aduhai apa yang telah kukatakan?
Dan apa yang dikatakan padamu? Ya Allah, aku telah memberikan kepadanya
hakku yang Kau wajibkan atasnya, maka karuniakan kepadanya hak-Mu yang
Kau wajibkan atasnya, dan Engkau lebih berhak dariku untuk
mengkaruniakan kedermawanan dan kemuliaan.” (Al-Faqih 1: 185, hadis ke
558).
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Jika seorang mukmin dimasukkan ke kuburnya, shalatnya berada di sebelah kanannya, zakatnya di sebelah kirinya, kebajikannya menaunginya, dan kesabarannya di sisinya. Ketika malaikat Munkar dan Nakir datang yang pertanyaannya ditakuti, maka kesabarannya berkata pada shalatnya, zakat dan kebajikannya, akulah yang akan mendampinginya jika kamu tidak mampu mengahapinya.” (Al-Kafi 2: 90, hadis ke 8).
“Jika seorang mukmin dimasukkan ke kuburnya, shalatnya berada di sebelah kanannya, zakatnya di sebelah kirinya, kebajikannya menaunginya, dan kesabarannya di sisinya. Ketika malaikat Munkar dan Nakir datang yang pertanyaannya ditakuti, maka kesabarannya berkata pada shalatnya, zakat dan kebajikannya, akulah yang akan mendampinginya jika kamu tidak mampu mengahapinya.” (Al-Kafi 2: 90, hadis ke 8).
Imam Ja’far Ash-Shadiq dan Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Jika seorang hamba yang mukmin meninggal, maka masuklah bersamannya ke kuburnya enam wujud makhluk. Pada wujud makhluk itu nampaklah kebaikan wajahnya, keindahan keadaannya, keharuman baunya dan kebersihan bentuknya. Satu wujud berdiri di sebelah kanannya, satu wujud lagi berdiri di sebelah kirinya, satu wujud lagi di belakangnya, dan wujud yang lain di depannya, dan wujud yang paling baik berada di atas kepalanya. Ketika wujud keburukan datang dari sebelah kanan, maka wujud yang di sebelah kanan melindunginya dari arah kanan, demikian juga wujud-wujud yang lain menyelamatkan dari enam arah.
“Jika seorang hamba yang mukmin meninggal, maka masuklah bersamannya ke kuburnya enam wujud makhluk. Pada wujud makhluk itu nampaklah kebaikan wajahnya, keindahan keadaannya, keharuman baunya dan kebersihan bentuknya. Satu wujud berdiri di sebelah kanannya, satu wujud lagi berdiri di sebelah kirinya, satu wujud lagi di belakangnya, dan wujud yang lain di depannya, dan wujud yang paling baik berada di atas kepalanya. Ketika wujud keburukan datang dari sebelah kanan, maka wujud yang di sebelah kanan melindunginya dari arah kanan, demikian juga wujud-wujud yang lain menyelamatkan dari enam arah.
Lalu wujud yang paling baik itu berkata kepada yang lain: siapakah kamu, semoga Allah membalas kebaikanmu.
Yang di sebelah kanan menjawab: aku adalah shalat.
Yang di sebelah kiri menjawab: aku adalah zakat.
Yang di depan menjawab: aku adalah puasa.
Yang belakang menjawab: aku adalah haji dan umrah.
Yang di arah kaki menjawab: aku adalah kebajikan dari menyambungkan silaturrahim.
Kemudian wujud-wujud yang lain bertanya kepada wujud yang ada di atas kepalanya: Siapakah kamu? Wajahmu paling baik di antara kami, paling harum baunya, paling indah keadaannya.
Wujud itu menjawab: aku adalah wilayah kepada keluarga Muhammad saw.”
(Bihar Anwar 6: 234).
Yang di sebelah kanan menjawab: aku adalah shalat.
Yang di sebelah kiri menjawab: aku adalah zakat.
Yang di depan menjawab: aku adalah puasa.
Yang belakang menjawab: aku adalah haji dan umrah.
Yang di arah kaki menjawab: aku adalah kebajikan dari menyambungkan silaturrahim.
Kemudian wujud-wujud yang lain bertanya kepada wujud yang ada di atas kepalanya: Siapakah kamu? Wajahmu paling baik di antara kami, paling harum baunya, paling indah keadaannya.
Wujud itu menjawab: aku adalah wilayah kepada keluarga Muhammad saw.”
(Bihar Anwar 6: 234).
Tentang keutamaan berpuasa di bulan Sya’ban disebutkan dalam suatu riwayat:
“Barangsiapa yang berpuasa sembilan hari di bulan Sya’ban, malaikat Munkar dan Nakir akan bersikap lembut saat bertanya kepadanya.” (Tsawabul A’mal: 87).
“Barangsiapa yang berpuasa sembilan hari di bulan Sya’ban, malaikat Munkar dan Nakir akan bersikap lembut saat bertanya kepadanya.” (Tsawabul A’mal: 87).
Tentang keutamaan menghidupkan malam ke 23 bulan
Ramadhan dan shalat seratus rakaat di dalamnya, Imam Muhammad Al-Baqir
(sa) berkata antara lain:
“Melindunginya (orang yang melakukannya) dari ketakutan terhadap Munkar dan Nakir, dan ia akan keluar dari kuburnya dengan cahayanya yang menyinari penghuni kubur.” (Iqbalul A’mal: 214).
“Melindunginya (orang yang melakukannya) dari ketakutan terhadap Munkar dan Nakir, dan ia akan keluar dari kuburnya dengan cahayanya yang menyinari penghuni kubur.” (Iqbalul A’mal: 214).
Disarikan dari kitab Manazilul Akhirah, Syeikh Abbas Al-Qumi. (syamsuri149.wordpress.com/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar